Ketahui Bahaya Sindrom Antifosfolipid pada Ibu Hamil

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 April 2019
Ketahui Bahaya Sindrom Antifosfolipid pada Ibu HamilKetahui Bahaya Sindrom Antifosfolipid pada Ibu Hamil

Halodoc, Jakarta - Kondisi Catastrophic Antiphospholipid Syndrom (CAPS) termasuk komplikasi yang serius dari sindrom antifosfolipid (APS). Meski jarang dan hanya terjadi pada 1 persen pengidap APS, komplikasi ini bisa mengakibatkan kematian. Pada CAPS, gumpalan darah akan terbentuk di seluruh tubuh, sehingga menimbulkan gagal organ multipel. Belum diketahui secara pasti bagaimana komplikasi ini bisa terbentuk. Namun infeksi, cedera, dan tindakan operasi dapat memicu munculnya CAPS.

Pengentalan darah atau sindrom antifosfolipid ini juga rentan terjadi pada ibu hamil. Meningkatnya kekentalan darah merupakan mekanisme perlindungan tubuh wanita hamil terhadap risiko perdarahan, misalnya pada saat keguguran atau setelah melahirkan. Itulah mengapa saat hamil setiap wanita menjadi 4-5 kali lebih berisiko mengalami darah kental atau hiperkoagulasi.

Baca juga: 3 Pertanyaan Umum Seputar Cuci Darah

Darah kental diperkirakan terjadi dalam 1 dari 1.000 kehamilan. Beberapa faktor berikut ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kekentalan darah, sekaligus terjadinya komplikasi akibat kondisi tersebut:

  • Memiliki anggota keluarga yang mengalami darah kental.

  • Berusia lebih dari 35 tahun.

  • Hamil anak kembar.

  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

  • Kurang melakukan aktivitas fisik.

  • Merokok.

Mengalami gangguan tertentu, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid, juga bisa memperbesar risiko seseorang mengalami darah kental. Selain itu, rahim yang membesar saat hamil bisa menekan pembuluh darah di daerah perut. Hal ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah, terutama pada tungkai dan memperberat kondisi darah kental.

Baca juga: 4 Penyebab dan Cara Mengobati Leukimia

Bahaya yang bisa muncul dari terjadinya sindrom antifosfolipid adalah:

  • Ujung jari membiru.

  • Sesak.

  • Nyeri perut.

  • Buang air kecil berdarah.

  • Kejang.

  • Penurunan kesadaran.

Gejala di atas dapat muncul tiba-tiba dan memburuk sangat cepat dengan tingkat kematian tinggi hingga 50 persen. Mengingat darah kental saat hamil berpotensi membahayakan kesehatan ibu hamil dan janin, maka gejala-gejala yang mengarah ke penyakit ini perlu segera ditangani.

Apabila terdiagnosis mengalami darah kental saat hamil, ibu sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri pada dokter ahli hematologi. Dokter mungkin akan memberikan obat pengencer darah untuk mencegah darah menggumpal atau membeku. Di samping mencegah komplikasi pada ibu hamil, pemberian obat-obatan ini juga bisa meningkatkan angka harapan hidup bayi yang dikandung serta mengurangi risiko keguguran.

Baca juga: Tubuh Mudah Lelah, Bisa Jadi Leukosit Rendah

Walaupun begitu, penggunaan obat pengencer darah bukannya tanpa risiko. Obat ini dapat menyebabkan perdarahan yang ditandai dengan mimisan atau mudah memar. Oleh karena itu, penggunaan obat pengencer darah perlu dihentikan saat ibu hamil akan melahirkan untuk mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan.

Meski darah kental saat kehamilan cukup jarang terjadi, pemeriksaan dan deteksi dini kondisi ini perlu untuk dilakukan. Terutama pemeriksaan pada wanita dengan riwayat penyakit kekentalan darah dan keguguran berulang. Diagnosis yang tepat serta pengobatan sejak dini bisa meningkatan peluang bagi janin untuk tumbuh dan terlahir dengan sehat.

Jika kamu mengalami gangguan ini segeralah komunikasikan pada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc untuk segera mendapatkan penanganan yang tepat. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.