6 Hal yang Perlu Diketahui Ibu Jika Memilih Persalinan Caesar
Halodoc, Jakarta - Ibu yang hendak melahirkan tentu sudah tidak asing dengan persalinan caesar. Persalinan caesar melalui tindakan operasi ini dilakukan ketika terdapat indikasi yang tidak memungkinkan untuk persalinan normal.
Beberapa kondisi yang bisa sebabkan ibu hamil melakukan operasi caesar adalah posisi bayi sungsang, kehamilan kembar, denyut jantung bayi yang tidak normal, hingga ibu hamil yang mengalami penyakit berat seperti jantung atau preeklamsia. Ibu-ibu bisa cek potensi melahirkan Caesar dengan Tes Potensi Caesar by Nutriclub!
Baca juga: Hal yang Harus Diketahui Jika Melakukan Persalinan Caesar
Lantas, apa saja hal yang perlu diketahui ibu hamil mengenai operasi caesar?
1. Memiliki Beragam Manfaat
Banyak awam berpendapat kalau persalinan melalui operasi caesar tak memiliki manfaat, bahkan menimbulkan masalah kesehatan ibu dan bayi. Faktanya, operasi caesar memiliki beragam manfaat lho.
Menurut sebuah studi di PLOS Medicine, wanita yang menjalani persalinan caesar memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami inkontinensia urine dan prolaps panggul (terlepasnya organ panggul).
Di samping itu, ada manfaat operasi caesar lainnya, seperti:
- Dapat menentukan sendiri waktu persalinan (operasi caesar elektif).
- Menurunkan risiko cedera kelahiran, contohnya distosia bahu (tersangkutnya bahu janin), atau janin mengalami patah tulang.
- Lebih aman dan dianjurkan bagi ibu yang mengidap masalah medis tertentu, seperti penyakit jantung, preeklamsia, serta terhalangnya jalan janin oleh plasenta atau plasenta previa. Operasi caesar juga direkomendasikan bila janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup, sehingga harus dilahirkan dengan secepatnya. Nah, kondisi-kondisi tersebut berisiko bila ibu melahirkan dengan prosedur normal atau melalui vagina.
2. Memiliki Risiko dan Komplikasi
Persalinan caesar bukan prosedur operasi yang bebas risiko. Itulah sebabnya banyak ahli memperingatkan, bahwa operasi caesar sebaiknya dipilih ketika benar-benar diperlukan. Lantas, apa saja sih risiko atau komplikasi dari operasi caesar?
- Infeksi kandung kemih atau rahim.
- Cedera pada saluran kemih.
- Pendarahan yang cukup banyak sehingga membutuhkan transfusi darah.
Operasi caesar juga dapat menyebabkan masalah pada kehamilan selanjutnya, seperti:
- Plasenta previa (plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi jalan lahir).
- Plasenta akreta (bagian plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim).
- Uterus robek, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat yang mungkin memerlukan transfusi darah atau pengangkatan rahim (histerektomi).
Pada bayi, operasi caesar juga berpotensi menyebabkan cedera saat pembedahan (sayatan pada kulit bayi) dan gangguan pernapasan (umumnya dialami bayi yang lahir kurang dari 37 minggu kehamilan).
Namun, Ibu tidak perlu khawatir jika harus melahirkan secara caesar, karena setiap ibu memiliki kondisi yang berbeda, dan itu adalah hal yang wajar.
3. Hal yang Perlu Diperhatikan
Ada beragam hal yang perlu bumil perhatikan sebelum menjalani operasi caesar. Contohnya:
- Batasi makanan padat selama delapan jam sebelum operasi caesar. Langkah ini untuk mengurangi kemungkinan muntah atau komplikasi paru-paru.
- Sebelum melakukan operasi caesar, dokter biasanya meminta bumil mandi menggunakan sabun khusus untuk membunuh bakteri di kulit, sehingga mengurangi risiko infeksi setelah operasi caesar.
- Jangan mencukur sendiri bulu di area perut atau vagina karena bisa menimbulkan luka yang memicu infeksi setelah melahirkan. Jika bulu di area perut atau vagina perlu dicukur, dokter akan melakukannya sebelum melakukan operasi.
- Diskusikan dengan dokter mengenai penutupan sayatan caesar.
- Diskusikan dengan dokter mengenai manajemen nyeri pascaoperasi.
Baca juga: Habis Operasi Caesar? Ini Tips Olahraga yang Aman
4. Adanya Potensi Gangguan Kekebalan Tubuh si Kecil
Ibu juga perlu tahu, persalinan caesar berpotensi menyebabkan masalah pada sistem imun bayi. Dilansir dari jurnal Pediatrics, anak-anak yang dilahirkan dengan operasi caesar berisiko mengalami asma, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), juvenile arthritis, hingga penurunan sistem kekebalan tubuh (immune deficiencies). Apa sebabnya?
Menurut jurnal di atas, prosedur persalinan caesar melibatkan beberapa hal seperti anestesi, antibiotik selama kelahiran, efek fisiologis pada bayi yang baru lahir, hingga lingkungan rumah sakit setelah bayi lahir. Nah, hal-hal tersebut memengaruhi komposisi mikrobiota dalam tubuh bayi.
Mikrobiota adalah kumpulan mikroorganisme yang hidup pada tubuh kita. Sebagian besar mikrobiota berupa bakteri, dan saluran cerna merupakan lokasi koloni terbanyak.
Komposisi mikroba di dalam saluran selama 1000 hari kehidupan awal berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, hormon, dan metabolisme tubuh. Mikrobiota yang ‘kurang gizi’ dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan anak.
Jadi, operasi caesar membuat jumlah bakteri baik dalam tubuh bayi jadi berkurang. Ketidakseimbangan mikrobiota ini dapat menyebabkan masalah, seperti gangguan asma, radang usus, hingga beberapa penyakit imun kronis (chronic immune diseases).
5. Cukupi Kebutuhan Nutrisi
Pada dasarnya, asupan nutrisi bayi yang dilahirkan secara normal atau caesar tidak berbeda, yaitu ASI eksklusif selama enam bulan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama. Rekomendasi serupa juga didukung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Ingat, ASI eksklusif menyimpan keistimewaan bagi bayi. Menurut Kementerian Kesehatan RI, ASI eksklusif mampu meningkatkan sistem imun sehingga bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit. ASI eksklusif juga menunjang proses perkembangan otak dan fisik bayi.
Baca juga: Anak Enggak Gampang Sakit dengan ASI Eksklusif
6. Dukung dengan Asupan Sinbiotik
Menurut IDAI, saluran cerna yang sehat adalah kunci kesehatan anak secara keseluruhan. Saluran cerna tersusun dari jaringan limfoid (40 persen) dan 80 persen selnya menghasilkan antibodi. Jaringan limfoid saluran cerna adalah jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, saluran cerna berperan dalam mekanisme pertahanan (sistem imun) tubuh secara keseluruhan.
Nah, dengan mempunyai saluran cerna yang sehat, anak lebih terproteksi dari berbagai bakteri patogen dan lebih toleran dari bahan makanan yang bersifat alergen (menimbulkan penyakit alergi). Lantas, bagaimana cara meningkatkan kesehatan saluran cerna pada bayi yang lahir dengan prosedur caesar?
Menurut IDAI, ASI adalah nutrisi pilihan pertama dan utama bagi bayi berusia 0-6 bulan. Setelah melewati fase ini, makanan pendamping ASI (MPASI) harus diberikan demi menciptakan lingkungan saluran cerna yang didominasi oleh bakteri baik.
Sebenarnya, ada beragam MPASI untuk menjaga kesehatan saluran cerna Si Kecil. Salah satu caranya melalui pemberian probiotik, prebiotik (makanan probiotik), dan sinbiotik. Probiotik dan prebiotik ini dapat melindungi dan memelihara kesehatan sistem pencernaan, terutama lambung dan usus dari berbagai serangan penyakit.
Sedangkan sinbiotik (kombinasi probiotik dan prebiotik) ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat, dan mengganti bakteri baik yang hilang dari dalam usus. Sinbiotik juga memberikan asupan makanan pada bakteri baik agar jumlahnya tetap terjaga. Oleh karena itu, penting untuk memberi nutrisi dengan kandungan sinbiotik kepada Si Kecil.
Itulah beberapa hal penting yang perlu ibu ketahui ketika memilih persalinan caesar. Sebaiknya, selalu rutin ke dokter kandungan saat masa kehamilan untuk mencegah gangguan kesehatan.
Jika masih ada yang ingin ditanyakan mengenai dampak operasi caesar hingga cara menjaga sistem imun Si Kecil, ibu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Ibu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!