5 Prosedur untuk Mendiagnosis Arteriosklerosis
Halodoc, Jakarta - Arteriosklerosis terjadi ketika pembuluh darah arteri menebal dan menjadi kaku, sehingga membatasi aliran darah ke organ dan jaringan di seluruh tubuh. Proses yang terjadi secara bertahap ini dikenal dengan pengerasan arteri atau pelemahan arteri dan terjadi di berbagai organ, tetapi jantung adalah tempat yang paling sering ditemui.
Pembuluh darah arteri bertugas membawa dan mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Namun, ketika muncul plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, dan limbah sel lainnya dan menumpuk di dinding arteri, arteriosklerosis dapat terjadi. Perkembangan lebih lanjut dari kondisi ini adalah aterosklerosis, yang berujung pada penyakit jantung, stroke, masalah sirkulasi di lengan dan kaki, dan aneurisma.
Penyebab terjadinya penebalan dinding pembuluh darah arteri ini, seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, kegemukan, dan merokok. Orang-orang dengan kondisi kesehatan atau riwayat penyakit tersebut berisiko untuk mengalami arteriosklerosis.
Baca juga: Arteriosklerosis Juga Bisa Menyerang Anak Muda
Prosedur Diagnosis Arteriosklerosis
Selama pemeriksaan fisik, dokter menemukan tanda penyempitan, pembesaran, atau pengerasan pada arteri, termasuk denyut nadi lemah atau tidak ada di bawah arteri yang menyempit, penurunan tekanan darah pada anggota tubuh yang terinfeksi, dan suara seperti mendesing di arteri yang bisa didengar melalui stetoskop.
Bergantung pada hasil pemeriksaan fisik, dokter dapat menyarankan satu atau lebih tes lanjutan, termasuk:
-
Tes darah. Tes ini bisa mengetahui kadar kolesterol dan gula darah yang bisa meningkatkan risiko arteriosklerosis. Sebelum tes darah, kamu dianjurkan untuk berpuasa makan selama kurang lebih 12 jam.
-
USG Doppler. Penggunaan alat atau pemeriksaan ini dilakukan untuk tekanan darah di sepanjang lengan atau kaki. Pengukuran membantu dokter mengetahui tingkat penyumbatan dan kecepatan aliran darah di arteri.
-
EKG. Pemeriksaan ini merekam sinyal listrik saat bergerak melalui jantung.
-
Tes stres. Disebut juga tes stres olahraga digunakan untuk mendapatkan informasi tentang seberapa baik jantung bekerja selama aktivitas fisik dilakukan. Kamu dapat diminta untuk berjalan di atas treadmill atau mengayuh sepeda statis.
-
Kateterisasi jantung dan angiogram. Tes ini menunjukkan apakah arteri koroner menyempit atau tersumbat.
Baca juga: Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Arteriosklerosis
Selain pemeriksaan di atas, dokter juga melakukan pemeriksaan lainnya menggunakan USG, CT Scan, dan MRI untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai kondisi pembuluh darah arteri. Tes ini sering kali menunjukkan pengerasan atau penyempitan arteri besar, juga aneurisma dan endapan kalsium di dinding arteri.
Jangan pernah abaikan kondisi arteriosklerosis, karena gangguan pembuluh darah tersebut membawa serta komplikasi yang terbilang serius, termasuk:
-
Penyakit arteri koroner yang ditandai angina atau nyeri pada dada, serangan jantung, hingga gagal jantung.
-
Penyakit arteri karotis yang menyebabkan serangan iskemik transien atau stroke.
-
Penyakit arteri perifer, masalah sirkulasi pada bagian lengan dan kaki yang membuat kurang peka terhadap rangsangan panas maupun dingin. Kondisi ini meningkatkan risiko luka bakar atau radang dingin. Pada kasus yang langka, gangrene bisa terjadi.
-
Aneurisma, tonjolan di dinding arteri yang bisa terjadi di mana saja.
Baca juga: Jangan Main-Main, Aneurisma Aorta Bisa Sebabkan 10 Komplikasi Ini
Arteriosklerosis mengancam jiwa, jadi pastikan kamu mengetahui dengan baik apa saja gejala yang muncul. Kalau kamu belum tahu, jangan ragu untuk tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc, karena melalui aplikasi ini, tanya jawab dengan dokter menjadi lebih mudah dan praktis. Caranya mudah kok, hanya download aplikasi Halodoc di ponsel kamu dan pilih layanan Tanya Dokter.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan