5 Hal yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Infeksi Ginjal
“Di awal kemunculannya, infeksi ginjal tidak menunjukkan gejala berarti. Hal tersebut pula yang menyebabkan banyak orang tidak sadar jika organ ginjal mereka tengah bermasalah. Munculnya sejumlah gejala tidak luput dari faktor risiko yang dialami. Lantas, apa saja faktor risiko infeksi ginjal yang perlu diwaspadai?”
Halodoc, Jakarta – Infeksi ginjal adalah gangguan yang dapat dialami oleh siapapun, baik anak-anak, dewasa, dan lansia. Salah satu faktor risiko infeksi ginjal yang tidak bisa dihindari adalah, penyakit tersebut lebih berisiko dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki.
Infeksi ginjal dipicu oleh adanya infeksi pada saluran kemih bawah dan kandung kemih yang menjalar ke organ ginjal. Selain jenis kelamin perempuan, berikut ini faktor risiko infeksi ginjal yang perlu diperhatikan.
Baca juga: Kenali Gejala Batu Ginjal Terjadi pada Lansia
Faktor Risiko Infeksi Ginjal yang Perlu Diwaspadai
Infeksi ginjal disebabkan oleh bakteri E. coli masuk ke dalam saluran kemih. Masuknya bakteri ke dalam saluran kemih dipicu oleh tidak berhati-hati saat membasuh anus, sehingga bakteri berpindah ke dalam vagina. Perpindahan bakteri juga dapat terjadi akibat seks anal, lalu berpindah ke vagina.
Pada kasus yang jarang terjadi, infeksi dapat terjadi melalui kulit. Dari kulit, infeksi masuk ke dalam aliran darah, dan menyebar hingga ke organ ginjal. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi faktor risiko infeksi ginjal:
1. Memiliki Jenis Kelamin Perempuan
Kondisi ini disebabkan karena saluran kemih perempuan lebih dekat dengan anus, sehingga bakteri lebih mudah untuk masuk ke dalam saluran kemih. Bukan itu saja, risiko mengidap infeksi ginjal juga lebih tinggi dialami oleh wanita hamil.
2. Penyumbatan pada Saluran Kemih
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti pembengkakan kelenjar prostat atau batu ginjal. Sejumlah hal tersebut akan memicu terhambatnya aliran urine, sehingga kandung kemih sulit untuk dikosongkan.
3. Lemahnya Sistem Kekebalan Tubuh
Lemahnya sistem kekebalan tubuh menjadi faktor risiko infeksi ginjal selanjutnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai penyakit yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS atau diabetes. Seseorang yang sedang menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker atau mengonsumsi obat penekan imun juga memiliki risiko yang sama.
4. Mengalami Kerusakan Saraf
Kondisi ini ditandai dengan kerusakan saraf di saluran kemih atau sumsum tulang belakang. Keduanya dapat kehilangan sensasi pada saluran kemih, sehingga pengidapnya tidak menyadari infeksi ginjal.
5. Penggunaan Kateter Urine
Faktor risiko infeksi ginjal yang terakhir adalah penggunaan kateter urine. Kateter umumnya digunakan untuk mengeluarkan urine dari kandung kemih seseorang saat ia tengah menjalani prosedur medis tertentu. Meski fungsinya penting, penggunaannya mampu meningkatkan risiko infeksi ginjal.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Makan Daging Dapat Sebabkan Gagal Ginjal?
Gejala yang Perlu Diperhatikan
Jika kasusnya sudah parah, infeksi ginjal akut akan memicu nyeri perut dalam intensitas parah. Gejala yang muncul akan berbeda-beda, tergantung dari usia pengidap itu sendiri. Umumnya gejala akan ditandai dengan sejumlah kondisi berikut ini:
- Demam tinggi;
- Menggigil;
- Sakit perut;
- Sakit pinggang;
- Peningkatan frekuensi buang air kecil;
- Merasa selalu ingin berkemih;
- Sensasi rasa nyeri dan panas saat berkemih;
- Mual dan muntah-muntah;
- Kandungan darah atau nanah pada urine;
- Urine berbau menyengat dan tampak keruh.
Seperti pada penjelasan sebelumnya, gejala yang muncul akan tergantung dari usia masing-masing pengidap. Jika infeksi ginjal dialami oleh anak-anak di bawah dua tahun, gejala hanya ditandai dengan demam tinggi saja. Namun, jika infeksi ginjal dialami oleh lansia di atas 65 tahun, gejala ditambah dengan halusinasi, tampak kebingungan, serta mengalami gangguan berpikir.
Baca juga: Pentingnya Melakukan Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Itulah beberapa faktor risiko infeksi ginjal beserta gejala yang harus diwaspadai. Jika mengalami beberapa gejala di atas atau keluhan lainnya, kamu bisa menanyakan gangguan kesehatan tersebut pada dokter di aplikasi Halodoc, ya.