5 Fakta Alergi Telur yang Perlu Diketahui
Halodoc, Jakarta - Selain udang, susu sapi, kacang-kacangan, dan kepiting, telur merupakan makanan yang sering kali menimbulkan alergi. Dalam kebanyakan kasus, alergi telur biasanya dialami oleh anak-anak, tapi bukan berarti orang dewasa bebas sepenuhnya dari alergi ini.
Alergi makanan, seperti telur ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh keliru merespons protein yang berasal dari makanan. Sistem imun menganggapnya sebagai suatu ancaman. Oleh sebab itu, maka akan timbul reaksi alergi berupa rasa gatal dan ruam pada kulit.
Baca juga: Benarkah Telur Bisa Sebabkan Bisul?
Nah, berikut fakta-fakta penting mengenai alergi telur yang perlu diketahui:
1. Bukan Kuningnya
Telur sendiri memang tergolong makanan yang paling sering menimbulkan alergi selain susu sapi atau kambing, ikan laut, kedelai, gandum, dan kacang-kacangan. Yang harus diketahui, alergi makanan ini bisa terjadi setelah beberapa waktu ketika makanan yang mengandung alergen (zat pemicu alergi) masuk ke dalam tubuh.
Menyoal telur ini, kuning telur dianggap kurang alergenik dibandingkan dengan putih telur. Oleh sebab itu, sebaiknya orangtua perlu menunda pemberian putih telur sampai anak berusia satu tahun untuk mencegah alergi.
Gejala alergi telur pada tiap orang memang berbeda-beda. Namun, menurut Journal of Agricultural and Food Chemistry, gejala alergi putih telur biasanya akan menyebabkan sakit kepala, mual, dan ruam-ruam kemerahan di kulit. Perlu diingat, ruam-ruam kemerahan ini bukanlah bisul.
2. Sebabkan Bisulan Hanya Mitos
Bila anak tidak alergi terhadap telur, orangtua tak perlu khawatir akan timbulnya bisul pada kulit anak. Sebab, enggak ada tuh penelitian yang menghubungkan bisulan dengan konsumsi telur. So, dengan kata lain, telur bisa menyebabkan bisul hanyalah mitos belaka.
Bisul sendiri sebenarnya merupakan peradangan kulit yang terlokasi. Biasanya, sering terjadi di folikel rambut. Bisul sendiri mengandung nanah didalamnya. Nah, nanah yang muncul ini merupakan hasil “pertempuran” sel darah putih dengan bakteri penyebab bisul.
Eksem akibat alergi telur ini bisa menimbulkan komplikasi infeksi oleh bakteri staphylococcus aureus. Nah, infeksi yang disebabkan bakteri inilah yang bisa menyebabkan bisul. Bakteri ini sendiri dapat ditemukan pada kulit dan di dalam hidung manusia tanpa menimbulkan masalah. Infeksinya baru bisa terjadi bila bakteri masuk, hingga ke folikel rambut melalui luka gores atau gigitan serangga.
Kesimpulannya, setiap orang termasuk orang sehat sekalipun bisa saja mengalami bisulan, meski tidak mengonsumsi telur.
Baca juga: Begini Cara Antisipasi Alergi Telur pada Anak
3. Vaksin Flu Perlu Hati-hati
Secara umum, vaksin memang tidak berbahaya. Akan tetapi, pemberian vaksin tertentu pada orang-orang tertentu pula perlu hati-hati. Salah satu contohnya, vaksin flu pada pengidap alergi telur. Alasannya, media yang dipakai untuk menumbuhkan virus influenza adalah telur ayam. Ditakutkan, vaksin influenza ini akan menimbulkan alergi, seperti gatal dan bentol. Di sini, dokter akan menimbang risiko pemberian vaksin influenza pada orang yang mengidap alergi telur.
Selain itu, pengidap alergi ini sebaiknya melakukan vaksin di rumah sakit, bukannya di klinik kesehatan. Tujuannya jelas, bila terjadi alergi agar lebih cepat ditangani. Sebab, alergi itu sendiri umumnya akan muncul 30 menit setelah divaksinasi.
4. Gejalanya Bermacam-macam
Reaksi alergi telur ini bisa berbeda-beda pada tiap orang. Reaksinya biasanya terjadi tak lama setelah mengonsumsi atau terpapar bahan yang mengandung telur. Gejala yang timbul bisa ringan, sedang, hingga parah. Misalnya, biduran, hidung tersumbat (bersin-bersin), batuk, sesak napas, mengi, gangguan pencernaan, mata terasa gatal, hingga bibir atau kelopak mata membengkak.
Sementara itu, reaksi yang parah atau anafilaksis yang bisa membahayakan nyawa, gejalanya beda lagi. Gejalanya ditandai dengan sulit bernapas karena ada benjolan (pembengkakan) di tenggorokan, sehingga saluran udara terhambat. Selain itu, bisa juga ditandai dengan perut terasa nyeri dan kram, dan syok yang ditandai dengan penurunan tekanan darah secara signifikan, pusing, hingga kehilangan kesadaran.
Baca juga: Jangan Coba-Coba Ini Risiko Alergi Telur
5. Menular dari Ibu
Faktanya, alergi ini memang lebih sering dialami oleh anak-anak ketimbang orang dewasa. Sebab, ketika menjelang masa remaja atau ketika sistem pencernaan lebih matang, reaksi alergi terhadap telur sudah lebih jarang terjadi.
Namun, bagaimana dengan bayi? Nah, ternyata alergi telur juga menjadi reaksi yang sangat mengganggu pada bayi yang berusia 6 hingga 15 bulan. Pasalnya, bayi yang masih menyusu pada ibunya juga bisa mengalami alergi terhadap protein telur yang dikonsumsi oleh ibu.
Si Kecil mengalami alergi telur atau makanan lainnya? Ibu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat. Caranya mudah, hanya dengan melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!