5 Ciri Delusi Cotard yang Bisa Menyerang Remaja

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   21 Oktober 2022

“Sindrom cotard merupakan kelainan langka yang membuat seseorang dipenuhi keyakinan bahwa dirinya sedang sekarat atau mati sebagian, padahal sebenarnya tidak demikian. Kondisi langka ini juga bisa terjadi pada remaja."

5 Ciri Delusi Cotard yang Bisa Menyerang Remaja5 Ciri Delusi Cotard yang Bisa Menyerang Remaja

Halodoc, Jakarta – Delusi Cotard, juga dikenal sebagai sindrom mayat berjalan, sindrom Cotard, atau delusi nihilistik, pertama kali dijelaskan oleh ahli saraf dan psikiater asal Prancis, Dr. Jules Cotard pada tahun 1882.

Kondisi ini mencakup serangkaian delusi psikotik, mulai dari keyakinan seseorang bahwa dirinya telah kehilangan semua organ internal, hingga kepastian diri bahwa mereka benar-benar mati.

Ciri Delusi Cotard

Ketika seseorang mengalami delusi Cotard, ada beberapa tanda yang bisa dikenali, di antaranya: 

  1. Nihilism. Ini merupakan bentuk keyakinan pada diri pengidap bahwa tidak ada hal apa pun yang memiliki nilai atau makna baginya.
  2. Merasa diri sudah mati. Bahkan, pengidap sindrom Cotard juga merasa bahwa dirinya sebenarnya sudah mati atau tidak pernah ada di dunia.
  3. Mengalami halusinasi. Kondisi ketika kamu mengalami sesuatu seperti sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa yang tidak nyata. Misalnya mendengar suara.
  4. Mengalami hipokondria. Ini adalah kondisi kekhawatiran obsesif dan tidak masuk akal tentang adanya kondisi medis yang sangat serius.
  5. Mengalami kecemasan. Hal ini terjadi karena pengidap menganggap atau memiliki perasaan bahwa dirinya tidak pernah ada. 

Penyebab Delusi Cotard

Para peneliti tidak yakin apa yang menyebabkan delusi Cotard, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dikaitkan sebagai pemicu kondisi langka ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia rata-rata orang dengan delusi Cotard adalah sekitar 50 tahun. 

Kelainan ini juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Bahkan, orang di bawah usia 25 dengan delusi Cotard juga cenderung mengalami depresi bipolar. Selain itu, wanita juga tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit langka ini.

Kondisi kesehatan mental lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan delusi Cotard meliputi:

  • Gangguan bipolar.
  • Depresi pascapersalinan.
  • Katatonia.
  • Depresi psikotik.
  • Gangguan depersonalisasi.
  • Skizofrenia.
  • Gangguan disosiatif.

Delusi Cotard juga tampaknya terkait dengan kondisi neurologis tertentu, termasuk:

  • Infeksi otak.
  • Tumor otak.
  • Demensia.
  • Epilepsi.
  • Migrain.
  • Sklerosis ganda.
  • Penyakit Parkinson.
  • Cedera otak traumatis.

Delusi Cotard Sulit Didiagnosis

Cukup sulit mendiagnosis delusi Cotard. Sebagian besar kasus kelainan langka ini baru terdiagnosis jika ada kondisi lain yang mengikuti. Apabila kamu merasakan gejala yang mengarah pada delusi ini, mungkin kamu bisa mencoba untuk menulis jurnal.

Tuliskan waktu kamu mengalami gejala dan berapa lama durasinya hingga gejala menghilang. Sebab, delusi Cotard kerap terjadi bersama dengan gangguan mental lain, alhasil bisa jadi kamu akan mendapatkan lebih dari satu diagnosis.

Oleh karena itulah, perawatan yang dilakukan untuk kelainan ini juga cukup variatif. Salah satu yang paling kerap digunakan adalah terapi electroconvulsive atau ETC, yang sering pula digunakan untuk mengatasi masalah depresi berat.

Terapi dilakukan dengan menggunakan aliran arus listrik kecil lewat otak untuk menimbulkan kejang kecil ketika pengidap berada di bawah anestesi total. Meski begitu, terapi ini juga menimbulkan beberapa risiko, seperti rasa bingung, nyeri otot, mual, dan hilang ingatan.

Inilah mengapa, terapi ECT hanya direkomendasikan apabila pilihan lain tidak dapat dilakukan. Ini termasuk terapi perilaku, obat antipsikotik, antidepresan, psikoterapi, dan penstabil suasana hati.

Melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit jadi langkah paling tepat jika kamu merasakan gejala delusi Cotard. Booking dokter di rumah sakit pakai Halodoc, download Halodoc gratis dari App Store atau Play Store.

Referensi: 
Healthline. Diakses pada 2022. Cotard Delusion and Walking Corpse Syndrome.
Health. Diakses pada 2022. What Is Walking Corpse Disorder? Experts Explain This Rare Mental Illness.
WebMD. Diakses pada 2022. What Is Cotard’s Syndrome (Walking Corpse Syndrome)?
ResearchGate. Diakses pada 2022. Cotard’s syndrome.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan