5 Cara Tepat Sembuhkan Trauma Anak Korban Bencana
Halodoc, Jakarta - Anak-anak yang terkena bencana dapat mengalami trauma dengan memberikan respon dengan berbagai cara, baik secara psikologis maupun emosional. Perpindahan yang secara tiba-tiba terjadi, perubahan lingkungan secara mendadak, bahkan reunifikasi yang tertunda mampu menambah stres pada anak.
Selama masa ini terjadi, dukungan orang tua dan orang dewasa lainnya menjadi penting, karena orang-orang ini yang paling dekat dan akrab dengan anak, sehingga bisa memberikan respon dan tanggapan yang tepat terhadap reaksi yang dikeluarkan tadi. Namun, untuk usia anak pra-remaja dan remaja, dukungan dan keterlibatan teman sebaya menjadi sistem pendukung yang sangat penting.
Jika kamu sedang berada dalam kondisi tersebut, berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk membantu menyembuhkan trauma anak yang juga menjadi korban dari suatu bencana alam.
Baca juga: Kenali Rotavirus Penyebab Diare Bagi Anak-Anak
Ketika Menghadapi Bencana
Pemahaman anak terhadap hal-hal di sekitarnya mungkin belum sepeka orang dewasa. Kemungkinan besar, ia tidak tahu apa yang terjadi, kebingungan ketika orang-orang dewasa di sekitarnya berlarian ke sana kemari kala bencana tiba. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?
-
Bersikaplah tenang. Jangan terpancing dengan keadaan. Kepanikan orang dewasa bisa turut dirasakan oleh anak-anak. Selalu ingat, bahwa anak cenderung menirukan yang ia lihat dari orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tua.
-
Dekati anak-anak dan jelaskan pada mereka kondisi yang sedang terjadi. Jangan berbohong, jelaskan sebenarnya bencana yang sedang dialami agar ia memahaminya. Berbohong mungkin membuat anak tidak ketakutan, tetapi keadaan yang mereka saksikan dapat membuat mereka bertanya lebih banyak. Jangan lupa, sampaikan dengan cara yang sederhana dan beri instruksi yang mudah mereka pahami.
Baca juga: Ini 4 Alasan Anak Juga Perlu Pakai Kacamata Hitam Sejak Dini
Setelah Bencana
Setelah bencana berlangsung, bukan berarti kepanikan dapat berhenti. Bisa jadi hanya berkurang sedikit, karena kekhawatiran bencana susulan tentu masih terlintas di pikiran, membuat rasa cemas tak berhenti melanda. Demikian juga pada anak, setelah bencana mungkin ia lebih rewel dan sering menangis karena ketakutan. Coba lakukan tindakan berikut untuk membantu mengurangi trauma pada anak pascabencana:
-
Luangkan lebih banyak waktu untuk berinteraksi bersama anak. Ajak ia mengobrol supaya suasana hatinya menjadi lebih baik. Tanyakan pada mereka yang dirasakan atau apa yang sedang berada di pikirannya. Biarkan ia berbicara untuk mengutarakan isi hatinya.
-
Jika kondisi sudah memungkinkan, tidak ada salahnya mengajaknya bermain bersama. Ini membantu mengurangi keresahan dan kecemasan serta ketakutan yang mereka rasakan, terlebih jika anak masih berumur antara 1 hingga 3 tahun.
-
Selain bermain, bisa dengan mengajaknya untuk membantu sesama yang juga menjadi korban bencana.
Setiap anak menunjukkan reaksi trauma yang berbeda. Inilah mengapa dibutuhkan peran orang-orang dewasa, baik dari orang tua, guru, maupun tetangga untuk memberikan dukungan dan pendampingan selama bencana hingga kondisi benar-benar telah kembali membaik.
Baca juga: Begini Cara Asuh yang Tepat untuk Balita ADHD
Namun, jika keadaan telah kembali normal, tetapi kondisi anak masih mengalami trauma, ibu bisa langsung bertanya pada dokter ahli kejiwaan atau dokter anak tentang langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi trauma pada anak melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini memungkinkan ibu langsung bertanya pada dokter melalui layanan Tanya Dokter.
Tidak hanya itu, ibu juga bisa membeli obat dan vitamin dengan aplikasi ini. Caranya, download dulu aplikasi Halodoc dan pilih Layanan Beli Obat. Terakhir, ibu juga bisa melakukan cek lab rutin tanpa harus keluar rumah. Yuk, pakai aplikasinya sekarang!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan