4 Kesalahan saat Orangtua Mengajarkan Disiplin pada Anak
Halodoc, Jakarta – Setiap orangtua punya pola pengasuhan yang berbeda-beda. Namun, sebagian besar orangtua mengharapkan agar anaknya bisa lebih cepat mandiri. Nah, mendisiplinkan anak adalah salah satu bentuk pola asuh agar sang anak dapat mandiri dan mampu memilah-milah hal yang baik dan buruk. Disiplin juga bertujuan agar anak mampu mentaati dan menghargai peraturan-peraturan yang ada.
Sayangnya, tidak semua orangtua mampu mengajarkan kedisiplinan dengan cara yang tepat. Bukanya membuat Si Kecil disiplin, cara-cara yang salah berikut ini justru membuatnya lebih sulit diatur. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari sejumlah kesalahan berikut ketika ayah dan ibu sedang mengajarkan disiplin kepada Si Kecil.
Baca juga: Ajari Anak untuk Disiplin, Ikuti 7 Cara Ini
Kesalahan Orangtua saat Mengajarkan Disiplin pada Anak
Melansir dari Verywell Family, hindari kesalahan berikut ini saat mengajarkan kedisiplinan pada anak, yaitu:
1. Tidak Punya Rencana yang Jelas
Ibu dan ayah perlu merancang pola asuh yang jelas ketika berencana membuat anak disiplin. Tanpa rencana yang jelas, ayah atau ibu bisa saja merasa putus asa ditengah jalan dan melakukan hal-hal negatif ketika perilaku Si Kecil tidak sesuai dengan aturan yang ada. Konsekuensi yang tidak konsisten ini tentu membingungkan anak-anak dan biasanya akan sulit mengubah perilakunya.
Orangtua sebaiknya bersikap proaktif daripada reaktif dalam mengelola masalah perilaku Si Kecil. Ketika ayah dan ibu telah merencanakan secara matang, ayah dan ibu akan lebih tahu bagaimana cara merespons anak saat melanggar aturan. Ayah dan ibu juga akan jauh lebih mudah untuk melacak kemajuan anak dan mengetahui apakah strategi yang telah direncanakan berjalan efektif.
2. Menghukum Si Kecil
Tak sedikit orangtua yang punya persepsi yang keliru tentang disiplin. Disiplin bukan tentang menghukum anak ketika berprilaku buruk, disiplin adalah cara membimbing anak agar mampu berperilaku positif. Meski begitu, bukan berarti bahwa perilaku buruk anak harus diabaikan. Jika seorang anak melanggar aturan, tetap harus ada konsekuensi yang jelas dan konsisten.
Yang penting adalah bahwa konsekuensi-konsekuensi tersebut tidak merampas hak istimewa anak bahkan sampai menimbulkan dampak negatif pada psikologis dan fisik sang anak.
Baca juga: Mengajarkan Kedisiplinan pada Anak Usia 5-10 Tahun
3. Mengekspresikan Kemarahan
Setiap orangtua juga harus berlatih ekstra sabar dan menjaga kepalanya tetap dingin saat berkomitmen untuk memperbaiki perilaku buruk sang anak. Dengan tetap tenang, orangtua dapat menjelaskan dengan lebih baik kepada anak mengapa tindakan disiplin harus diambil, apa yang sebenarnya membuat orangtuanya kecewa, dan apa yang dapat dilakukan seorang anak di masa depan untuk menghindari kesalahan yang sama.
Ketika orangtua menjelaskan hal-hal tersebut dengan cara yang penuh kasih, anak-anak bisa lebih mengerti bahwa perilaku mereka mungkin salah tetapi mereka sadar bahwa orangtuanya sangat peduli dan menyayanginya.
4. Terlalu Mengontrol
Menetapkan batasan tidak berarti ayah dan ibu memiliki kendali penuh atas pilihan anak. Orangtua perlu memperbolehkan anak untuk membuat pilihannya sendiri. Dengan cara ini, anak-anak akan memahami bahwa pendapat mereka didengar dan dihormati oleh orangtuanya meski terkadang tidak disetujui.
Baca juga: Ibu Mudah Marah Bisa Berdampak pada Karakter Anak, Benarkah?
Hal ini akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri Si Kecil saat mengeksplorasi hal-hal baru, bahkan ketika mereka mempelajari pilihan apa yang salah dan pilihan yang benar. Kalau ayah dan ibu punya pertanyaan seputar pola asuh anak, bicarakan saja dengan psikolog Halodoc. Melalui aplikasi, ayah atau ibu dapat menghubungi psikolog kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!