4 Faktor Risiko Kondisi Sindrom Lima Dapat Terjadi

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   06 Februari 2023

“Kalau kamu mengetahui apa itu stockholm syndrome, tentunya kamu juga tahu apa itu sindrom lima. Sebab, kedua masalah psikologis ini merupakan kondisi yang berkebalikan.”

4 Faktor Risiko Kondisi Sindrom Lima Dapat Terjadi4 Faktor Risiko Kondisi Sindrom Lima Dapat Terjadi

Halodoc, Jakarta – Sindrom Lima adalah kondisi ketika pelaku mempunyai ikatan emosi yang kuat terhadap seseorang yang menjadi korban mereka. Tidak berbeda dengan Stockholm Syndrome, para ahli juga belum mengetahui apa yang menjadi penyebab seseorang mengalami Sindrom Lima.

Studi yang ada sejauh ini hanya memberikan penjelasan terkait hubungan yang muncul antara pihak pelaku dan korban penculikan yang terbilang sebagai “relasi” yang positif.

Kondisi yang terbentuk selama terjadi penculikan, misalnya waktu yang mereka gunakan bersama membuat pelaku mempunyai ikatan emosi dengan korban. Kondisi inilah yang sering membuat pelaku lantas memutuskan untuk memberikan kebebasan pada para korban lebih cepat dari dugaan.

Selain itu, kondisi psikologi juga bisa memberikan pengaruh terhadap munculnya Sindrom Lima. Kondisi psikologis ini misalnya faktor emosi pelaku yang masih kurang pengalaman, punya keyakinan yang lemah, dan korban yang mengingatkan pelaku akan suatu kondisi pada masa lalu.

Apa yang Menjadi Faktor Risiko Sindrom Lima?

Sebenarnya, apa yang menjadi faktor risiko Sindrom Lima juga tidak jauh berbeda dengan Stockholm Syndrome, antara lain:

  • Pernah terlibat dalam perdagangan seksual.
  • Adanya trauma karena pernah mengalami pelecehan seksual ketika masa anak-anak.
  • Sebagai upaya untuk mengatasi tekanan yang terjadi. 
  • Pernah mendapat hubungan yang tidak menyenangkan, seperti pelecehan secara fisik, emosi, atau seksual.

Bagaimana Gejalanya?

Sindrom Lima juga menunjukkan beberapa gejala yang bisa kamu perhatikan, misalnya:

  • Ada pada posisi sebagai pelaku, dalam hal ini kasus penculikan.
  • Membentuk ikatan emosi yang positif dengan para korban.
  • Ikut merasa empati dengan kondisi yang sedang terjadi pada korban.
  • Memberikan perhatian lebih terhadap keinginan maupun kebutuhan korban.
  • Mulai terbentuk percakapan atau komunikasi yang lebih intens dengan para korban.
  • Terbentuk perasaan suka, terikat, atau bahkan menyayangi korban.

Adakah Pengobatan untuk Sindrom Lima?

Beberapa kondisi Sindrom Lima menunjukkan, pelaku bisa membentuk ikatan yang positif atau muncul rasa empati terhadap korban. Sebenarnya, ini dapat menjadi titik penanganan dari Sindrom Lima. 

Meski begitu, karena ikatan yang muncul dalam relasi kekuasaan yang tidak seimbang dan kerap berlangsung pada kondisi trauma, perlu kamu pahami bahwa relasi tersebut tidak selalu terjadi tanpa adanya tekanan. 

Guna membantu mengatasi hal tersebut, melakukan konseling kejiwaan dengan bantuan langsung dari psikolog menjadi cara pengobatan paling baik untuk bahan pertimbangan. Sebab, metode ini bisa membantu pelaku untuk dapat mengerti sekaligus mengatasi rasa emosi yang muncul. 

Komplikasi dan Tindakan Pencegahan

Seperti halnya kondisi kejiwaan lainnya, Sindrom Lima juga dapat menyebabkan seseorang mengalami berbagai masalah kecemasan, masalah citra atau gambaran diri, hingga Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Dan sayangnya, sulit untuk mencegah munculnya gejala Sindrom Lima, sebab kondisi tersebut masuk dalam kategori tindak kriminal ketika seseorang melakukan penculikan. 

Jika kamu masih perlu informasi lain seputar Sindrom Lima atau menunjukkan gejala kelainan kejiwaan ini, jangan ragu untuk bertanya langsung pada psikolog di Halodoc. Langsung saja download Halodoc pada ponselmu, cek aplikasinya melalui App Store atau Play Store.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. What Is Lima Syndrome?
CBT Cognitive Psychotherapy. Diakses pada 2023. Lima Syndrome: What It Is and How To Deal With It?
Emergency Live. Diakses pada 2023. Diakses pada 2023. What Is Lima Syndrome? What Distinguishes It From The Well-Known Stockholm Syndrome?