4 Ciri Keracunan Seafood dan Cara Mengatasinya
Halodoc, Jakarta – Selain menyehatkan, berbagai macam hewan laut, seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting memiliki daging yang teksturnya sangat lembut dan rasa yang manis juga lezat. Enggak heran bila banyak orang yang gemar makan seafood. Makan seafood memang baik karena dapat memberi banyak nutrisi yang bermanfaat untuk kesehatan. Namun, para penggemar seafood juga perlu berhati-hati nih. Pasalnya, beberapa jenis hidangan laut tertentu bisa menyebabkan keracunan seafood bila dikonsumsi.
Jenis Hewan Laut yang Berpotensi Menyebabkan Keracunan Seafood
Beberapa jenis seafood, terutama yang termasuk dalam kelompok shellfish atau hewan laut bercangkang, berpotensi menyebabkan keracunan seafood. Hal ini karena shellfish, seperti udang, kerang, dan kepiting mengandung bakteri dan racun yang cukup tinggi, yang sebagian besar berasal dari air di mana mereka hidup.
Udang
Karena seringkali ditemukan dalam perairan yang penuh polutan, udang memiliki racun dan bakteri yang tinggi, misalnya bakteri V. Cholerae. Udang yang sudah terkontaminasi dengan bakteri, parasit, racun, atau virus bisa menyebabkan keracunan dan peradangan pada sistem pencernaan.
Kerang
Ternyata oyster merupakan jenis kerang yang berpotensi menyebabkan keracunan lho, apalagi bila dikonsumsi secara mentah. Selain itu, racun pada oyster bisa memperburuk kondisi pengidap kanker, HIV, dan gangguan hati.
Kepiting
Jenis kepiting tertentu memiliki kandungan asam domoik yang tinggi. Seperti dilansir dari CNN, asam domoik bisa menghasilkan racun yang bisa membahayakan tubuh manusia. Racun tersebut sering disebut juga dengan domoic acid poisoning (DAP). Racun yang ada dalam kepiting bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan dan saraf otak.
Penyebab Keracunan Seafood
Bakteri yang paling sering menyebabkan keracunan seafood adalah vibrio parahaemolyticus dan staphylococcus sp. Sebenarnya, bakteri dan racun tersebut bisa mati melalui proses masak yang tepat. Jadi, bila kamu mengalami keracunan setelah mengonsumsi seafood, mungkin ini yang menjadi penyebabnya:
- Seafood yang dikonsumsi tidak disimpan dalam kulkas dengan suhu yang tepat sebelumnya.
- Seafood tidak dimasak sampai benar-benar matang.
- Seafood yang sudah dimasak sudah melewati masa kedaluwarsa karena dibiarkan berhari-hari tanpa disimpan di dalam kulkas.
Ciri Keracunan Seafood
Gejala keracunan seafood biasanya akan langsung terasa tidak lama setelah mengonsumsi seafood sampai tiga hari setelahnya. Secara umum, berikut ciri-ciri orang yang mengalami keracunan seafood:
- Merasa mual dan muntah-muntah,
- Mengalami diare,
- Sakit atau kram perut, dan
- Dehidrasi yang ditandai dengan urine yang berwarna kuning tua.
Bila kamu mengalami diare yang cukup parah, bahkan sampai menunjukkan tanda-tanda dehidrasi setelah mengonsumsi seafood, segera periksakan diri ke dokter. Untuk mendapatkan perawatan secepatnya agar tidak berakibat fatal.
Cara Mengatasi Keracunan Seafood
Kebanyakan kasus keracunan seafood tidak memerlukan pengobatan khusus untuk mengatasinya. Untuk meredakan gejala yang terjadi, kamu disarankan untuk banyak beristirahat dan minum banyak air putih agar tidak mengalami dehidrasi. Pasalnya, dehidrasi bisa memperparah gejala yang muncul akibat keracunan seafood dan juga membuat masa penyembuhan semakin lama.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala-gejala yang terjadi. Misalnya, antibiotik untuk mengatasi infeksi yang disebabkan racun dari dalam seafood, obat pereda mual, dan obat penurun demam. Oralit juga sebaiknya diminum minimal 200 cc setiap kali buang air besar berhenti.
Namun, pada kasus keracunan seafood yang lebih parah, pengidap mungkin harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan cairan dari infus untuk mengatasi dehidrasi yang terjadi.
Kamu juga bisa membeli obat-obatan yang kamu perlukan untuk mengatasi keracunan seafood di Halodoc. Enggak perlu repot-repot keluar rumah, tinggal order saja lewat fitur Apotik Antar, dan pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam. Jadi, tunggu apa lagi? Download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Baca juga: