4 Cara Mencegah Cyberbullying di Media Sosial
“Mungkin kamu merasa lega setelah mengungkapkan pendapat di media sosial. Akan tetapi, coba bayangkan, bagaimana bila orang yang sedang dibicarakan di dalam unggahan tersebut membaca dan terpuruk karena komentarmu?”
Halodoc, Jakarta – Maraknya media sosial membuat orang bebas mengekspresikan pendapatnya secara terbuka tanpa filter. Disadari atau tidak, kondisi ini bisa memicu cyberbullying. Pernahkah kamu merasa kalau kata-kata yang kamu tulis di kolom komentar bisa menyebabkan orang lain tersinggung atau lebih buruk lagi membuat mentalnya down?
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan di Journal of Child and Adolescent Counseling, anak remaja menghabiskan banyak waktu di media sosial lebih berisiko mengalami dan terlibat dalam cyberbullying. Lantas, bagaimana cara mencegah cyberbullying di media sosial? Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini!
Berpikir Sebelum Berkomentar Dapat Mencegah Cyberbullying
Keberadaan media sosial dengan kolom komentarnya memberikan efek dopamin kepada pengguna. Banyak juga di antaranya yang kecanduan melayangkan komentar sehingga sebagian besar waktunya hanya dihabiskan untuk berselancar di media sosial.
Ada sensasi menyenangan ketika mendapatkan jumlah likes, komentar di posting-an ataupun mendapatkan balasan, dukungan atas komentar yang diberikan untuk suatu isu. Ada dorongan untuk meluapkan emosi, mengungkapkan perasaan, mendapatkan persetujuan untuk suatu argumen. Namun, bisa jadi ini semua memicu tindakan cyberbullying.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah cyberbullying di media sosial?
1. Jangan Terlalu Sering Posting
Seperti kata pepatah, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Mungkin kamu tidak bisa mengatur komentar orang, tetapi kamu bisa mengelola apa-apa saja yang bisa dibagi di media sosial pribadi.
Apalagi kalau kamu tipe orang yang mudah tersinggung, menghindari over-posting dapat membantu menjaga kesehatan mental dengan terhindar dari komentar-komentar netizen yang belum tentu positif buat mentalmu.
2. Batasi Komentar yang Tidak Penting
Tidak perlu menambahi isu yang sudah panas dengan komentar-komentar yang semakin memperuncing masalah, atau ikut menghakimi subjek di suatu posting-an. Mungkin kamu merasa lega setelah mengungkapkan pendapat, tapi coba bayangkan, bagaimana bila orang yang sedang dibicarakan di dalam posting-an tersebut membaca dan terpuruk karenanya? Jadi, berempatilah, kalau memang ingin berkomentar, tetap gunakan empati dan jangan menghakimi.
3. Batasi Penggunaan Media Sosial
Terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial bisa meningkatkan penggunaan yang tak perlu. Salah satunya membalasi komentar atau memberikan komentar-komentar mengandung SARA di posting-an pengguna lain. Pada akhirnya, ini bisa memicu ketidaknyamanan, stres dan memperparah kondisi netizen yang sedang dalam ketidakstabilan mental. Cek penanganan cyberbullying di artikel: “Mengenal Cyberbullying: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya.”
4. Jangan Mudah Terpancing
Selain membatasi postingan, kamu juga perlu membatasi diri untuk mengomentari sesuatu di internet. Selain itu, ketika kamu mendapatkan komentar tidak menyenangkan di media sosial, jangan langsung terpancing. Ada pilihan delete, block, atau report untuk segala sesuatu yang mengganggu ketidaknyamananmu sebagai pengguna media sosial.
Tanda Cyberbullying yang Perlu Diketahui
“Cuma bercanda doang…”
“Kamunya aja yang baper…”
“Kalau enggak mau dikomentari, jangan bikin posting-an begitu…”
Pernah mendengar pernyataan-pernyataan ini? Pernyataan seperti contoh di atas bisa mmebuat kamu mempertanyakan kembali ketidaknyamanan yang dialami. Kemudian kamu pun bertanya-tanya dalam hati, apa memang benar kamu yang terlalu sensitif?
Karena tuntutan dari komentar-komentar yang lain, akhirnya kamu membenarkan kalau memang kamu yang terlalu sensitif dan sebenarnya tidak ada yang salah dari komentar para netizen.
Besar kemungkinan, pembenaran inilah yang akan kamu bawa untuk sebagai pegangan untuk melakukan hal yang sama ke orang lainnya. Tanpa sadar, kamu semakin mengekalkan cyberbullying di media sosial.
Pada dasarnya, semua hal yang membuat tidak nyaman di media sosial, dan tindakan negatif yang dilakukan secara berulang baik personal maupun berkelompok adalah bentuk cyberbullying.
Tidak memberi ruang pada komentar-komentar negatif dan tidak menjadikan komentar-komentar jahat yang menghina sebagai kebiasaan dan pembenaran untuk humor, adalah cara untuk menghentikan cyberbullying di media sosial.
Yuk, sama-sama memulai menjadi pengguna media sosial yang bijak. Kamu tidak pernah tahu apa yang dihadapi orang-orang lainnya. Kalau penggunaan media sosial pernah membuatmu merasa tidak nyaman dan terganggu secara psikologis, kamu bisa buat janji medis dengan psikolog lewat aplikasi Halodoc. Belum punya aplikasinya? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Journal of Child and Adolescent Counseling. Diakses pada 2022. Understanding Adolescent Cyberbullies: Exploring Social Media Addiction and Psychological Factors.
UGA Today. Diakses pada 2022. Social media addiction linked to cyberbullying.
Very Well Family. Diakses pada 2022. How to Prevent Cyberbullying
WebMD. Diakses pada 2022. Signs of Cyberbullying.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan