4 Cara Keluar dari Toxic Relationship

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   26 November 2019
4 Cara Keluar dari Toxic Relationship4 Cara Keluar dari Toxic Relationship

Halodoc, Jakarta - Apakah kamu sedang dalam toxic relationship? Tentu kamu tidak akan masuk ke dalam suatu hubungan jika diperlakukan dengan buruk, diabaikan, atau ditinggalkan. Diperlakukan dengan tidak adil atau direndahkan, menjadi sasaran amarah, kehilangan kehidupan pribadi,  atau dipaksa untuk tetap bertahan dengan perilaku yang bermasalah dan tidak dewasa serta tidak sehat. Jika ini terjadi dalam hubungan kamu, pasangan kamu perlu melakukan perubahan. 

Konseling individu dan pasangan mungkin diperlukan. Jika pasanganmu tidak mau bekerja sama dengan konseling, kamu perlu menghadapi kenyataan bahwa dia mungkin tidak akan pernah berubah. Cobalah untuk memutuskan mencoba hidup bersamanya sebaik mungkin, atau mengakhiri hubungan dan segera move on ke hubungan yang lebih menyenangkan dan positif.

Baca juga: Kondisi Mental Orangtua Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Siapapun tentu jengah dan lelah jika berada di dalam toxic relationship. Jika kamu sudah tidak kuat lagi, inilah saatnya untuk keluar. Jika Anda ingin keluar dari toxic relationship, cobalah ikuti langkah-langkah ini:

  1. Mencari Bantuan

Orang-orang dalam toxic relationship membutuhkan bantuan dari teman, keluarga, dan profesional untuk berkomitmen untuk berubah. Mengubah adalah proses dan bukan hanya keputusan. Orang sering kembali ke toxic relationship, kadang-kadang karena akrab dan karenanya nyaman. Mereka tidak mengenal orang lain kecuali diri mereka yang hancur. 

Ingatlah bahwa kamu mungkin perlu mencari bantuan beberapa kali atau untuk jangka waktu yang lama, dan itu tidak masalah. Orang-orang dalam toxic relationship membutuhkan rehabilitasi, proses yang membutuhkan waktu. Temukan teman, anggota keluarga, atau profesional yang mendukung untuk membantu kamu melalui proses penyembuhan.

Baca juga: Toxic Relationship dalam Keluarga, Ini Tandanya.

  1. Nyatakan Perasaan

Penting untuk mengungkapkan perasaan kepada orang yang memiliki hubungan beracun dengan kamu, entah itu teman, rekan kerja, anggota keluarga, atau orang penting lainnya. Penting untuk menyatakan bagaimana perasaan orang itu pada kamu tanpa menuduh atau mengarahkan kesalahan. 

Mengekspresikan apa yang kamu katakan dapat memberi orang lain waktu untuk memikirkan apa yang kamu katakan dan respons. Ingatlah bahwa kamu tidak dapat mengontrol bagaimana orang lain merespons, tetapi kamu dapat mengontrol bagaimana mendekati ekspresi perasaan kamu. Mungkin pasangan yang beracun akan menjadi defensif atau marah dan membuat pilihan untuk meninggalkan hubungan, atau mungkin dia akan mencoba untuk memperbaiki kesalahan. Terlepas dari respons mereka, mengungkapkan perasaan adalah langkah penting untuk memperbaiki atau meninggalkan hubungan.

Baca juga: Kesehatan Jiwa Bisa Terganggu Jika Hubungan Asmara Kacau

  1. Buat Keputusan

Setelah mengungkapkan perasaan, putuskan apakah hubungan itu pantas diperjuangkan atau apakah mungkin lebih baik tanpa orang ini. Pikirkan bagaimana tanggapan orang itu ketika kamu mengungkapkan perasaan. Jika orang itu menerima kata-kata kamu dan meminta maaf, atau setuju bahwa ada masalah besar dan kebutuhan untuk mencari bantuan, mungkin hubungan itu layak diperjuangkan.

Orang tersebut dapat mengambil manfaat dari pergi ke terapi atau mengambil langkah-langkah untuk mendapatkan kesadaran diri dan wawasan tentang perilaku beracunnya. Penting untuk tidak membiarkan orang itu mengulangi perilaku beracun mereka.

  1. Kelilingi Diri dengan Lingkungan Positif

Jika telah membuat keputusan, apakah akan meninggalkan atau untuk memperbaiki hubungan, penting untuk mengelilingi diri dengan hal-hal positif dan mempraktikkan perawatan diri. Habiskan waktu bersama orang-orang yang membuat kamu merasa baik, manjakan diri kamu dengan makanan favorit, menghabiskan waktu di luar ruangan, atau melakukan apa pun yang membuat kamu bahagia. Melewati masa sulit dalam hubungan dapat menyebabkan stres yang tak terhitung. Penting untuk mencoba mengganti emosi negatif dengan positif.

Referensi:

Psychology Today. Diakses pada 2019. How to Leave a Toxic Relationship and Still Love Yourself