3 Tes Alergi yang Ampuh Mendeteksi Pemicu Alergi
Halodoc, Jakarta – Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru melawan zat yang sebenarnya tidak berbahaya. Ada banyak zat yang bisa menjadi pemicu alergi atau disebut juga alergen. Bila kamu merasa memiliki alergi terhadap sesuatu, penting bagi kamu untuk mencari tahu zat apa yang memicu reaksi alergi kamu muncul. Dengan begitu, kamu bisa terhindar dari gejala alergi yang parah dan berbahaya.
Ada berbagai tes yang bisa digunakan untuk mendeteksi zat pemicu reaksi alergi, seperti tes kulit, tes darah, dan tes provokasi. Dokter biasanya bisa membantu menentukan tes mana yang akan digunakan berdasarkan deskripsi gejala dan riwayat kesehatan kamu. Berikut ulasannya.
Baca juga: Kenali Jenis-Jenis Alergi Berdasarkan Penyebabnya
Jenis Tes Alergi
Berikut beberapa pilihan tes alergi yang ampuh dalam mendeteksi pemicu alergi:
1. Tes Kulit
Tes kulit merupakan tes alergi yang mudah dan cepat dilakukan, sehingga tes ini sering kali digunakan untuk menentukan penyebab alergi. Tes ini bisa mendeteksi banyak kemungkinan alergen, termasuk alergen yang ada di udara, terkait makanan atau alergen kontak.
Ada empat jenis tes kulit yang bisa digunakan untuk mendeteksi pemicu alergi, antara lain:
- Uji Cukit Kulit
Pada tes ini, dokter meletakkan setetes larutan encer yang mengandung alergen, seperti serbuk sari atau bulu hewan pada berbagai posisi yang ditandai pada kulit kamu. Dokter kemudian akan menusuk kulit kamu sedikit di setiap tempat, sehingga alergen bisa masuk ke dalam kulit. Untuk menguji alergi makanan, jarum penusuk bisa dicelupkan terlebih dahulu ke dalam makanan sebelum digunakan untuk menusuk kulit kamu.
Bila kamu alergi terhadap zat tersebut, kulit akan menjadi merah atau muncul benjolan kecil di tempat yang ditandai. Uji cukit kulit digunakan untuk mendeteksi alergi yang memicu reaksi langsung saat bersentuhan dengan kulit, seperti alergi serbuk bunga atau alergi makanan.
- Tes Intradermal
Tes ini mirip dengan uji cukit kulit, tapi larutan alergen disuntikkan ke dalam kulit kamu (injeksi intradermal). Tes intradermal juga bisa mendeteksi reaksi alergi yang lebih lemah.
Tes intradermal terasa sedikit tidak nyaman dan suntikan juga bisa memicu munculnya reaksi alergi yang lebih kuat, sehingga tes ini biasanya hanya digunakan bila uji cukit kulit tidak menunjukkan respons yang cukup.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh Alergi, Waspadai Gejala-gejalanya
- Skin Scratch atau Scrape Test
Tes skin scratch bisa digunakan bila hasil uji cukit kulit tidak jelas. Tes ini dilakukan dengan menghilangkan sebagian kecil kulit, lalu alergen dioleskan ke kulit. Hal ini memungkinkan zat untuk mencapai lapisan jaringan yang lebih dalam daripada yang bisa dilakukan uji cukit kulit, guna mendapatkan reaksi yang lebih kuat. Sementara tes scrape test juga sama, tapi hanya lapisan kulit terluar saja yang dihilangkan.
Namun, kedua tes ini tidak memungkinkan untuk mengatur dengan tepat seberapa banyak alergen yang masuk ke kulit dan jaringan. Mereka juga lebih mungkin menyebabkan iritasi kulit non-alergi daripada uji cukit kulit, sehingga tes ini kurang bisa diandalkan.
- Tes Tempel
Tes ini digunakan bila kamu diduga memiliki alergi yang gejalanya baru muncul setelah satu sampai tiga hari setelah kontak dengan alergen. Pemicunya seringkali berupa zat tunggal yang ditemukan di dalam obat-obatan, kosmetik, perhiasan, sarung tangan atau kondom yang terbuat dari lateks.
Tes ini dilakukan dengan cara menempelkan tempelan yang mengandung zat alergen di punggung dan membiarkannya selama satu hari penuh. Bila tidak ada reaksi setelah dilepas, kulit akan diperiksa lagi setelah satu hari, dan terkadang hingga tiga hari, tempelan baru akan dilepaskan. Bila kamu memiliki alergi kontak, kulit akan menjadi bengkak, memerah, dan mulai terasa gatal, serta lepuhan kecil bisa terbentuk.
2. Tes Darah
Tes darah bisa digunakan untuk mendeteksi pemicu alergi. Dokter akan mempertimbangkan untuk melakukan tes ini bila kamu memiliki penyakit kulit yang mungkin akan memengaruhi hasil uji cukit kulit, atau bila tes kulit menyebabkan reaksi alergi yang berlebihan karena kamu memiliki alergi parah. Terkadang tes darah juga digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes kulit yang tidak memberikan hasil yang cukup jelas.
Tes ini dilakukan dengan mengambil darah dari vena di lengan, lalu darah dikirim ke laboratorium untuk mengukur jumlah jenis antibodi tertentu, yaitu antibodi IgE. Bila kamu memiliki alergi, kamu memiliki lebih banyak antibodi ini dalam darah.
Namun, tes darah hanya bisa menunjukkan tanda alergi, bukan pemicu alerginya. Jumlah antibodi IgE yang lebih tinggi juga bisa disebabkan oleh hal-hal lain, seperti merokok atau infeksi parasit.
3. Tes Provokasi
Bila kamu yang memiliki alergi tidak menunjukkan reaksi alergi yang kuat pada kulit, tes provokasi bisa digunakan untuk membantu mendeteksi pemicu alergi.
Untuk mengetahui apakah kamu memiliki alergi serbuk bunga, misalnya, sejumlah alergen yang diduga sebagai pemicu alergi, seperti serbuk sari tertentu akan dioleskan ke lapisan mukosa hidung.
Kemudian dokter bisa mengamati reaksinya, seperti bersin, hidung tersumbat, dan mata berair. Alergen juga bisa diuji dengan cara yang sama pada mata atau paru-paru. Namun, tes provokasi hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan medis karena bisa menyebabkan reaksi alergi yang sangat parah.
Baca juga: Ini Gejala Alergi yang Bisa Berakibat Fatal
Itulah jenis tes alergi yang ampuh untuk mendeteksi pemicu alergi. Kini kamu bisa melakukan tes alergi dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya) atau buat janji tes alergi di rumah sakit pilihanmu di Halodoc.