3 Jenis Gangguan Plasenta dan Cara Mengatasinya
Halodoc, Jakarta – Dalam masa kehamilan, plasenta tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antara janin dan ibu, tetapi juga sebagai jalan untuk menyalurkan nutrisi pada janin. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya gangguan plasenta dan berikut adalah beberapa gangguan yang perlu diketahui serta cara mengatasinya.
- Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah gangguan komplikasi di mana sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi sempat lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan terjadi pendarahan hebat pada ibu hamil. Solusio plasenta biasanya sering terjadi menginjak trimester ketiga kehamilan. Selain perdarahan, gejala atau tanda-tanda lain yang mengiringi solusio plasenta adalah rasa nyeri pada perut dan pinggang, rahim berasa seperti ditekan, serta durasi kontraksi yang terlampau sering.
Ada beberapa penyebab terjadinya solusio plasenta, yaitu benturan keras pada perut, berkurangnya cairan ketuban, penggunaan obat-obatan terlarang saat kehamilan, tekanan darah tinggi, serta faktor-faktor lainnya. Dalam kondisi kehamilan di bawah 34 minggu, selain tindakan medis diupayakan supaya ibu hamil istirahat total. Sedangkan kehamilan di atas 34 minggu, kerap kali kelahiran dini dilakukan untuk menyelamatkan anak dan ibu. Baca juga: Ibu Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk Janin
Biasanya kalau ibu memiliki riwayat solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan situasi yang sama akan terjadi. Ada baiknya untuk menghindari segala bentuk risiko, ibu hamil senantiasa melakukan konsultasi rutin kepada dokter.
- Previa Plasenta
Previa plasenta adalah gangguan plasenta di mana kondisi plasenta melekat pada bagian bawah rahim. Penutupan jalan lahir karena plasenta ini terbagi pada empat situasi, pertama plasenta menutupi keseluruhan jalan lahir, menutupi sebagian jalan lahir, mendekati lubang jalan lahir tapi tidak menutupinya, dan yang terakhir adalah kondisi di mana plasenta tertanam di rahim bagian bawah. Gejala yang mengiringi previa plasenta adalah perdarahan tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa ada kontraksi pada rahim.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya previa plasenta adalah faktor usia ibu, yaitu usia ibu yang masih terlalu muda sehingga rahim belum terlalu siap menerima kehamilan. Selain itu, usia yang terlalu tua juga bisa meningkatkan risiko previa plasenta, riwayat persalinan yang terlalu dekat, serta keadaan rahim yang pernah mengalami trauma seperti bekas dikuret atau pun jenis operasi lainnya.
Memperhatikan asupan gizi ibu hamil adalah salah satu cara untuk meminimalisir risiko terjadinya previa plasenta. Terutama kalau usia ibu hamil masih tergolong muda atau terlalu tua, ada baiknya memperbanyak makanan sayuran berwarna hijau tua, seperti bayam, kangkung, singkong, sawi, dan sumber protein seperti tahu, ikan, telur, buah-buahan, dan konsumsi air putih secukupnya. Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Varises saat Hamil
- Pengapuran Plasenta
Gangguan plasenta lainnya yang biasa sering dialami oleh ibu hamil adalah pengapuran plasenta. Ini adalah kondisi di mana terjadi penuaan pada plasenta diakibatkan penumpukan kalsium. Pengapuran plasenta ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada plasenta yang biasanya terjadi karena paparan asap rokok atau pun kebiasaan merokok saat hamil, kehamilan di usia muda, serta tidak menjaga gizi selama hamil.
Dari hanya sekadar pengapuran, kondisi plasenta juga bisa terlepas dari dinding rahim, sehingga ketika sudah ada indikasi kalau ibu hamil kemungkinan mengalami pengapuran plasenta tindakan tercepat adalah berkonsultasi ke dokter. Baca juga: Ibu Hamil Bolehkah Minum Obat?
Ibu hamil bisa mendapatkan informasi lebih banyak mengenai gangguan plasenta dengan cara menanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.