3 Faktor yang Tingkatkan Risiko Alami Gangguan Paranoid
Halodoc, Jakarta - Gangguan paranoid merupakan jenis gangguan mental yang ditandai dengan sikap tidak percaya dan sering curiga tanpa alasan. Kelainan mental ini umumnya muncul sejak anak-anak atau usia remaja dan lebih sering dialami oleh pria dibandingkan dengan wanita. Berikut faktor pemicu gangguan paranoid!
Baca juga: Hipersensitif, Gejala yang Dialami Gangguan Kepribadian Paranoid
Ini yang Jadi Faktor Pemicu Gangguan Paranoid
Paranoid merupakan gangguan kepribadian yang dapat terjadi pada siapa saja. Meski begitu, terdapat beberapa faktor pemicu gangguan paranoid yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan ini. Belum tentu kamu mengidap kondisi ini hanya karena memiliki salah satu gejala atau beberapa gejala sekaligus.
Pada beberapa kasus, pengidap kondisi ini bahkan tidak mengalami faktor pemicu gangguan paranoid. Ada banyak faktor yang membuat seseorang berisiko mengidap gangguan ini, di antaranya :
1.Jenis Kelamin
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, memiliki jenis kelamin pria merupakan salah satu faktor pemicu gangguan paranoid. Belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan ini lebih banyak ditemukan pada pria dibanding wanita. Meski belum diketahui secara pasti, jika kamu berjenis kelamin pria, kamu harus waspada tentang hal ini, ya!
2.Riwayat Keluarga
Faktor pemicu gangguan paranoid selanjutnya adalah adanya riwayat keluarga dengan kondisi yang sama. Gangguan ini berpotensi diturunkan jika terdapat salah satu anggota keluarga yang memiliki masalah mental, seperti skizofrenia dan kecemasan. Jika kamu memiliki anggota keluarga yang mengidap sejumlah kondisi tersebut, maka risiko untuk mengidap gangguan paranoid akan lebih tinggi.
3.Faktor Lingkungan
Lingkungan menjadi salah satu faktor pemicu gangguan paranoid. Seseorang yang pernah mengalami trauma fisik dan emosional pada masa kanak-kanak, serta memiliki riwayat kecemasan sosial akan lebih rentan untuk mengidap gangguan ini.
Jika kamu memiliki sejumlah faktor pemicu yang telah disebutkan, sebaiknya diskusikan dengan dokter di aplikasi Halodoc untuk mencegah munculnya gejala gangguan paranoid. Gejala gangguan paranoid memang tidak selalu muncul pada seseorang dengan faktor risiko tersebut, tetapi tidak ada salahnya untuk mencegah sejak dini.
Baca juga: Mitos Tentang Gangguan Paranoid yang Harus Diluruskan
Waspada, Ini Sejumlah Gejala Gangguan Paranoid
Gejala gangguan paranoid yang utama adalah memercayai dan meyakinkan diri sendiri bahwa orang lain selalu berupaya merendahkan, menyakiti, atau mengancam. Hal ini membuat pengidap sulit menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain. Kebanyakan pengidap beranggapan bahwa perilaku mereka normal dan merupakan hal yang wajar.
Namun, orang disekitarnya merasa bahwa kecurigaan tersebut tidak ada dasar yang kuat, dan merupakan perilaku yang sangat mengganggu. Selain sikap tidak percaya dan penuh dengan rasa curiga, berikut ini gejala gangguan paranoid yang perlu kamu ketahui.
- Mudah cemburu.
- Suka mengatur.
- Merasa selalu benar.
- Sulit untuk tenang.
- Keras kepala.
- Meyakini jika orang lain berusaha memanfaatkan dirinya.
- Meragukan kesetiaan dan komitmen dari orang lain.
- Enggan bercerita masalah pribadi ke orang lain.
- Enggan memaafkan orang lain atau pendendam.
- Enggan menerima kritikan.
- Sering marah karena menganggap orang lain menyerang dirinya.
- Pengidap terkesan dingin dengan orang lain.
Sebagian besar pengidap tidak menyadari gejala yang muncul dan beranggapan bahwa kondisinya adalah hal yang normal. Jika kamu memiliki kerabat dengan gejala tersebut, ada baiknya menyarankannya untuk menemui psikolog atau psikiater di rumah sakit terdekat untuk memantau gejala yang muncul, serta mencegah perkembangan gejala semakin parah.
Baca juga: Pasangan Selalu Curiga, Hati-Hati Idap Gangguan Paranoid
Penanganan gangguan paranoid yang umum dilakukan adalah psikoterapi. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengidap dalam menghadapi situasi yang membuatnya paranoid untuk berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, psikoterapi juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri pengidap. Pada pengidap dengan gejala yang berat, psikoterapi akan dilakukan bersamaan dengan pemberian obat-obatan.
Referensi:
Medline Plus. Diakses pada 2020. Paranoid personality disorder.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
WebMD. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan