3 Faktor Risiko Gegar Otak yang Terjadi pada Anak
“Gegar otak lebih rentan terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Kondisi ini bisa dipicu oleh kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tangga dan benturan keras pada kepala.”
Halodoc, Jakarta – Gegar otak termasuk ke dalam jenis cedera otak yang umum terjadi pada anak-anak. Alasannya, mereka belum memiliki ruang gerak tubuh sebaik orang dewasa.
Beberapa penyebabnya, termasuk benturan keras pada kepala akibat hantaman atau pukulan benda tumpul. Gegar otak juga bisa terjadi saat jatuh dari ketinggian, cedera ketika berolahraga dan kecelakaan.
Gegar otak ringan bisa membaik tanpa pengobatan. Namun, jika anak mengalami pingsan atau gangguan fungsi otak seperti kesulitan mengingat dan berbicara, kondisi ini memerlukan penanganan lebih lanjut.
Pemicu Gegar Otak pada Anak
1. Benturan Keras
Benturan pada kepala anak bisa memicu cedera bahkan gegar otak. Karena itu, segera lakukan pemeriksaan ketika kepala anak terantuk dinding atau lantai. Apalagi jika setelahnya mereka mengalami memar atau pingsan.
Benturan keras yang menyebabkan benjol, memar, berdarah, relatif tidak berbahaya. Asal, anak masih memiliki kesadaran penuh, tidak muntah, tidak pusing dan tidak tampak terus-menerus mengantuk.
Jika sebaliknya, kondisi tersebut bisa menjadi pertanda perubahan kimiawi di dalam otak anak. Dampaknya tak langsung muncul saat itu juga, tapi bisa berkembang seiring bertambahnya usia.
2. Jatuh dari Tangga
Terjatuh dari tangga mungkin merupakan hal yang biasa terjadi pada anak-anak. Tapi, kondisi bisa menjadi berbahaya jika anak terjatuh dan membentur bagian kepala. Jika terjadi benturan yang sangat keras, ini berpotensi menyebabkan gegar otak.
Ketika benturan menyebabkan anak demam, muntah-muntah bahkan pingsan, lakukan pemeriksaan segera. Apalagi jika gejala ditambah dengan kejang-kejang, tidur dan sulit dibangunkan, terjadi perubahan pola makan serta kesulitan berjalan.
3. Kecelakaan Lalu Lintas
Keselamatan di jalan dengan menggunakan helm tak hanya diperlukan oleh orang dewasa. Sebab, anak-anak berisiko lebih tinggi mengalami gegar otak ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Kondisi ini menyebabkan peregangan dan kerusakan sel otak setelah kepala anak membentur batu atau aspal jalanan.
Tanda Sesuai dengan Usia Anak
Gejala dapat bervariasi, dari ringan hingga berat. Adapun tanda yang dialami sesuai dengan usia anak, antara lain:
1. Pada Bayi
Mereka selalu menangis ketika menggerakkan kepalanya, mengalami kesulitan tidur dan muncul benjolan atau memar di kepala. Bayi cenderung rewel sepanjang hari karena merasa tidak nyaman dengan rasa sakitnya.
2. Pada Balita
Mereka selalu memegang kepalanya, mengalami perubahan perilaku, kesulitan tidur dan menangis berlebihan. Balita juga tampak tidak enak badan seperti mual dan muntah serta kehilangan minat untuk bermain.
3. Anak-Anak
Mereka tampak kehilangan keseimbangan ketika berjalan, mengeluhkan sakit kepala atau pusing dan sensitif terhadap cahaya berlebihan. Gegar otak juga memicu penurunan konsentrasi dan kesulitan mengingat.
Yang perlu dilakukan setelah terjadi benturan pada kepala anak adalah mengompres dingin pada bagian yang terkena. Orang tua juga disarankan untuk mengawasinya selama 24 jam pertama setelah cedera.
Langkah tersebut diperlukan guna mengetahui adanya gejala tanda bahaya yang sudah disebutkan sebelumnya. Ketika anak mengalami gejalanya, silakan buat janji rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.
Pertama-tama, langkah penanganan dilakukan dengan pemeriksaan fisik, termasuk tes keseimbangan dan penglihatan. Kemudian, dilanjutkan MRI atau CT scan otak guna memeriksa kerusakan dan menentukan penyebabnya.
Setelah penyebabnya ditemukan, dokter bisa menentukan proses pengobatan yang cocok. Untuk mendapatkan informasi lain seputar kesehatan anak, silakan download Halodoc sekarang juga!