3 Dampak KDRT pada Psikologis Anak yang Sering Tak Disadari

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   25 November 2022

“Anak-anak bisa mengalami dampak buruk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hanya dengan menyaksikannya saja. Jenis kekerasan tersebut bisa memengaruhi kesehatan mental anak dan menyebabkan berbagai gangguan psikologi, seperti kecemasan, depresi, dan lain-lain.”

3 Dampak KDRT pada Psikologis Anak yang Sering Tak Disadari3 Dampak KDRT pada Psikologis Anak yang Sering Tak Disadari

Halodoc, Jakarta – KDRT seperti penyiksaan secara fisik, pelecehan emosional dan lainnya, tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan orang yang menjadi korbannya. Namun, bukan hanya bagi si korban, jenis kekerasan yang biasanya terjadi di antara suami dan istri atau anggota keluarga lainnya tersebut juga akan berdampak bagi psikologis anak-anak yang menyaksikannya.

Anak-anak biasanya tidak mendapatkan dampak secara langsung dari KDRT. Namun, mereka sering kali menjadi saksi bisu dari pertengkaran atau kekerasan yang terjadi di antara kedua orang tua mereka. Melihat kejadian yang menakutkan yang terjadi di rumah mereka hampir setiap hari, bisa menyebabkan mereka mengalami trauma dan mengganggu kesehatan mental mereka. 

Lantas, apa saja dampak KDRT bagi psikologis anak?

Dampak KDRT bagi Psikologis Anak

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat melaporkan bahwa di rumah-rumah di mana kekerasan dalam rumah tangga terjadi, ada kemungkinan 45-60 persen anak-anak juga ikut mengalami kekerasan atau pelecehan. Namun, bahkan ketika mereka tidak diserang secara fisik, anak-anak menyaksikan 68-80 persen dari kekerasan dalam rumah tangga.

Bukan hanya menyaksikan peristiwa tersebut bisa memberi ketakutan pada anak, korban KDRT yang sering kali merupakan orang yang menjadi pengasuh anak juga menjadi tidak responsif, dan tidak bisa memberikan perhatian yang dibutuhkan anak. Itulah mengapa KDRT bisa memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan mental anak. Nah, berikut dampak KDRT bagi psikologis anak:

1. Menyebabkan kecemasan

Anak-anak korban KDRT akan selalu merasa gelisah melihat kekerasan yang sering dilakukan salah satu orangtua mereka terhadap yang lain. Mereka juga bisa hidup dengan perasaan cemas setiap hari, karena tidak tahu kapan serangan fisik atau verbal berikutnya terjadi di rumah mereka. Hal ini bisa menyebabkan anak mengalami gangguan kecemasan.

Bagi anak-anak prasekolah yang menyaksikan KDRT, mereka tidak jarang mengalami kemunduran mental dan kembali pada kebiasaan pada waktu bayi. Contohnya seperti mengisap jempol, mengompol, dan lebih sering menangis atau merengek. 

Sedangkan dampak menyaksikan KDRT bagi anak usia sekolah, mereka bisa mengembangkan sifat antisosial dan mungkin bergumul dengan rasa bersalah. Hal itu karena anak-anak korban KDRT tidak jarang disalahkan atas kekerasan yang terjadi di antara orangtua mereka.

2. Gangguan stres pasca trauma

Dampak KDRT lainnya yang juga cukup mengkhawatirkan adalah adanya risiko gangguan stres pasca trauma pada anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan kekerasan tersebut.

Meski terhindar dari kekerasan fisik, trauma yang ditimbulkan dari KDRT cukup menyebabkan perubahan berbahaya pada perkembangan otak anak. Perubahan-perubahan ini bisa menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, kemarahan, sifat lekas marah, sulit berkonsentrasi, dan anak-anak kadang-kadang berpotensi melakukan kembali aspek-aspek pelecehan traumatis yang mereka amati pada orang lain.

3. Depresi

Seorang anak yang memiliki kecemasan akibat tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak sehat dan penuh kekerasan, bisa bertumbuh menjadi orang dewasa yang mengidap depresi. Trauma menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga secara rutin membuat anak berisiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, gangguan konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.

Mengingat ada banyak dampak buruk KDRT bagi psikologis anak, penting bagi orangtua untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Perbedaan pendapat dan argumen memang tidak bisa dihindari dalam rumah tangga, tapi cobalah untuk bertengkar secara sehat dan tidak di depan anak.

Bila perlu, orang tua bisa mencari bantuan profesional untuk membantu menyelesaikan masalah rumah tangga. Dengan begitu, orang tua bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan aman di dalam rumah untuk tumbuh kembang anak yang sehat dan bahagia. 

Bila ada anak di keluarga atau lingkungan kamu yang mengalami KDRT dan menunjukkan gejala-gejala depresi, coba bawalah ia untuk bertemu dengan psikolog atau psikiater anak. Kamu bisa membawa orang terkasih berobat ke dokter dengan  buat janji medis saja melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2022. How Witnessing Domestic Violence Affects Children.
Psychology Today. Diakses pada 2022. Alarming Effects of Children’s Exposure to Domestic Violence