10 Fakta Virus Corona yang Wajib Diketahui

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 Januari 2020
10 Fakta Virus Corona yang Wajib Diketahui10 Fakta Virus Corona yang Wajib Diketahui

Halodoc, Jakarta - 11 Juta Penduduk kota Wuhan, Tiongkok, dibuat panik setelah banyak orang jatuh sakit sesudah berkunjung ke pasar seafood Huanan. Anehnya, jumlah korban semakin cepat. Padahal, sebagian besar dari mereka tak pernah berkunjung ke pasar tersebut. 

Fenomena apa yang terjadi? Setelah diselidiki secara mendalam, virus corona menjadi biang keladi utama dari kepanikan tersebut. Hal yang perlu digarisbawahi, virus ini bisa menular dengan cepat, hingga menimbulkan kematian. 

Lalu, bagaimana perkembang kasus virus corona secara global? Bagaimana respons pemerintah Indonesia terhadap kondisi ini? Lalu, apa kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap virus misterius ini? 

Nah, berikut data dan fakta yang Halodoc himpun dari berbagai sumber internasional maupun nasional. 

1. Menyebar ke Negara Lain

Virus yang dapat menyebabkan pneumonia tersebut pertama kali muncul di kota Wuhan, Tiongkok. Pemerintah Tiongkok mengatakan virus corona ini berasal dari hewan liar yang dijual di pasar seafood Huanan. 

Sejak itu, para pelancong yang terinfeksi dari Wuhan telah menularkan virus tersebut ke negara-negara lain. Sampai saat ini, virus corona sudah menyebar ke tujuh negara. Mulai dari Thailand, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat. 

Baja juga: Suka Makanan Ekstrem, Sup Kelelawar Sebarkan Virus Corona 

2. Diduga dari Kelelawar

Virus Corona merupakan penyakit zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika juga telah menegaskan mengenai hubungan antara kelelawar dan virus Corona. Menurut ahli di sana, virus corona merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar. 

Sebenarnya virus corona jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. 

3. Kerabat dekat SARS dan MERS

Menurut para pakar di WHO, virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu, hingga penyakit yang lebih parah. Misalnya, Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

Kilas balik ke belakang, SARS yang muncul pada November 2002 di Tiongkok, menyebar ke beberapa negara lain. Mulai dari Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Inggris, Italia, Swedia, Swiss, Rusia, hingga Amerika Serikat.

Epidemi SARS yang berakhir hingga pertengahan 2003 itu menjangkiti 8.098 orang di berbagai negara. Bagaimana dengan jumlah korbannya? Setidaknya 774 orang mesti kehilangan nyawa akibat penyakit infeksi saluran pernapasan berat tersebut. 

Baca juga: Wuhan Diisolasi, Ini Besar Ancaman Virus Corona ke Indonesia

4. Misterius, Belum Ada Vaksinnya 

Virus yang menyebabkan wabah pneumonia di Wuhan, Tiongkok ini terbilang misterius. Para ahli mengidentifikasi sebagai virus corona jenis baru. Virus yang menyerang pernapasan itu dinamai dengan novel coronavirus atau 2019-nCoV. 

Sebenarnya terdapat beberapa vaksin pneumonia yang ditujukan untuk mencegah pneumonia. Akan tetapi, vaksin tersebut tak bisa mencegah pneumonia yang sedang mewabah saat ini karena virus corona jenis baru. Oleh sebab itu, pemerintah Tiongkok mengkarantina kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. 

5. Sudah Memakan Korban

Hingga saat ini belum ada kasus virus corona yang masuk ke Indonesia. Akan tetapi, kita tak boleh abai dengan serangan virus misterius ini. Sebab, virus ini setidaknya sudah menjangkiti 830 orang yang sebagian besar terjadi di Wuhan. Menurut pemerintah, setidaknya 25 orang telah meninggal akibat serangan virus corona. 

6. Dari Demam Sampai Nyeri Dada

Virus corona bisa menimbulkan beragam keluhan pada pengidapnya. Mulai dari demam, batuk, sulit bernapas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Selain itu, menurut ahli di National Institutes of Health - MedlinePlus, virus yang menginfeksi saluran pernapasan atas ini juga bisa menyebabkan gejala yang parah. Infeksi virus ini bisa berubah menjadi pneumonia dengan beragam gejala.

Contohnya, demam yang tinggi, batuk dengan lendir, sesak napas, hingga nyeri dada. Gejala-gejala ini bisa semakin parah bila terjadi pada pengidap penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia. 

Baca juga: Menyebar ke 5 Negara, Virus Corona Wuhan Berasal dari Ular? 

7. Risikonya Bisa Diminimalisir

Meski kini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona, setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus ini. Melansir National Institutes of Health - Coronavirus, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan. 

  • Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih.

  • Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau belum dicuci.

  • Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.

  • Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan. 

  • Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah tisu dan cuci tangan hingga bersih. 

  • Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.

Hal yang perlu digarisbawahi, ketika mengalami gejala-gejala infeksi virus corona, segeralah temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai virus corona dan cara mencegahnya

8. Menggelontorkan Dana 1,9 Triliun

Mau tahu berapa banyaknya dana yang mesti dikeluarkan oleh untuk memerangi wabah virus corona? Pemerintah tiongkok setidaknya mesti mengeluarkan kocek sedalam 1 miliar RMB (US$ 144 juta) atau sekitar Rp 1,9 triliun. Pernyataan ini dikeluarkan langsung oleh Kementerian Keuangan Tiongkok pada Kamis, 23 Januari.

9. Pintu Masuk Indonesia Diperketat

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI, mengatakan, ada satu pasien yang terduga tertular virus corona. Pasien yang kini di rawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, memiliki riwayat perjalanan dari China. Sampai saat ini, pihak rumah sakit masih melakukan observasi lebih lanjut. 

Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, dalam rilis di Sehatnegeriku - Kemenkes, mengatakan pemerintah memperketat pintu masuk negara dengan menyiagakan alat deteksi berupa thermo scanner. 

Tujuannya jelas, guna mencegah masuknya Novel Coronavirus (2019-nCoV)  ke Indonesia. Melalui alat tersebut, nantinya para penumpang bisa dideteksi sejak dini apakah ada potensi gejala terjangkit virus tertentu.

Sampai saat ini, sebanyak 135 thermo scanner telah diaktifkan di 135 pintu masuk negara, baik darat, laut maupun udara. Tak cuma itu saja, pemerintah juga memberikan health alert card, hingga menyiapkan 100 RS rujukan infeksi emerging.

10. Apa Kata WHO? 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan virus corona sebagai “public health emergency”. Ketetapan ini dinilai sementara karena virus ini merupakan kasus baru. Menurut Direktur Jenderal WHO, penetapan darurat kesehatan global ini akan terus berkembang sesuai dengan informasi baru yang diterima. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter dan melalui aplikasi Halodoc. Sebagai upaya mencegah penularan infeksi virus, kamu juga bisa membeli masker N95 di aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada 2020. Frequently Asked Questions About SARS.

CNN. Diakses pada 2020. January 23 coronavirus news.

Kemenkes - Sehat Negeriku. Diakses pada 2020.  Antisipasi nCoV, Kemenkes Tingkatkan Kewaspadaan di Pintu Masuk Darat, Laut dan Udara.

National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020 Coronavirus.

WHO. Diakses pada 2020. Coronavirus.