Apakah Dyspraxia Memengaruhi Intelegensia Anak?
Halodoc, Jakarta – Dyspraxia menyebabkan anak mengalami gangguan pada koordinasi dan pergerakan anggota tubuh yang berujung pada kesulitan beraktivitas fisik secara normal. Penyakit ini disebut lebih rentan menyerang anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan risikonya lebih tinggi pada bayi yang lahir prematur. Pengidap penyakit ini biasanya akan mengalami kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas, tetapi kondisi ini biasanya tidak memengaruhi intelegensia Si Kecil.
Berbeda dengan gangguan motorik lain, seperti cerebral palsy, gangguan dyspraxia tidak menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak dan tingkat intelegensia. Gejala-gejala penyakit ini sebenarnya sudah mulai muncul dan terlihat sejak dini, hanya saja dyspraxia sering terlambat disadari karena tingkat perkembangan seorang anak bisa berbeda-beda. Selain gangguan gerak tubuh, kondisi ini juga bisa memengaruhi artikulasi dan ucapan, persepsi, serta pemikiran.
Baca juga: Bayi Lahir Prematur Berisiko Alami Gangguan Kesehatan Ini
Menangani Anak dengan Gangguan Dyspraxia
Gejala dyspraxia umumnya sudah muncul sejak usia dini, tetapi sering terlambat disadari. Biasanya, dyspraxia baru terdeteksi atau terlihat dengan jelas saat anak menginjak usia lima tahun atau lebih. Koordinasi antar anggota tubuh dan pergerakan adalah hal yang penting diperhatikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Dyspraxia merupakan gangguan yang terjadi seumur hidup. Meski begitu, penanganan tetap harus dilakukan untuk kondisi medis ini.
Dyspraxia biasanya diatasi dengan beberapa jenis terapi. Hal ini dilakukan untuk membantu anak dengan gangguan ini untuk beradaptasi dan memudahkannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan gejala, seperti mengalami kesulitan atau gangguan pada koordinasi, keseimbangan, pergerakan, berpikir, mengingat informasi, serta sulit mempelajari teknik baru. Meski begitu, penyakit ini sama sekali tidak memengaruhi intelegensia anak.
Baca juga: Ibu Perlu Tahu, Tahap Pertumbuhan Balita dari Duduk hingga Berjalan
Sayangnya, hingga kini masih belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini. Namun, pengidap gangguan ini bisa menjalani beberapa terapi untuk mengurangi gejala dan gangguan yang muncul. Berikut ini jenis-jenis terapi yang bisa dilakukan:
-
Terapi Okupasi
Prosedur ini biasanya dilakukan pada anak yang memiliki kebutuhan khusus, termasuk dyspraxia. Pada terapi ini, anak akan dibantu untuk menemukan cara praktis untuk tetap mandiri dan bisa mengatur rutinitas harian.
-
Terapi Perilaku Kognitif
Penanganan yang satu ini bertujuan untuk membantu pengidap dyspraxia mengatur masalah. Caranya adalah dengan mengubah sudut pandang dan perilaku pengidap gangguan ini.
-
Terapi Bicara
Anak-anak yang mengalami masalah ini juga bisa ditangani dengan terapi bicara. Cara ini diutamakan bagi Si Kecil yang memiliki masalah dalam berkomunikasi, sehingga bisa berbicara dengan lebih jelas.
-
Terapi Motor Perceptual
Terapi ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bahasa, visual, gerakan, hingga mendengarkan dan memahami. Cara ini cocok diterapkan untuk membantu anak dengan gangguan dyspraxia.
Baca juga: Inilah Langkah Terapi Okupasi pada Anak Berkebutuhan Khusus
Sangat penting untuk selalu melakukan pemeriksaan ke dokter selama masa tumbuh kembang anak untuk mendeteksi risiko gangguan perkembangan, salah satunya dyspraxia. Kalau pertumbuhan Si Kecil terasa aneh, ibu bisa menanyakan dan menyampaikan gejalanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!
Referensi:
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Health A-Z. Dyspraxia (Developmental Co-ordination Disorder) in Adults.
WebMD. Diakses pada 2019. Dyspraxia.
Understood.org. Diakses pada 2019. Understanding Dyspraxia.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan