Anak Gemuk Bikin Gemas atau Cemas?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   06 Maret 2018
Anak Gemuk Bikin Gemas atau Cemas?Anak Gemuk Bikin Gemas atau Cemas?

Halodoc, Jakarta – Anak gemuk dan montok sering kali dilambangkan sebagai anak yang sehat dan terawat. Di samping itu, banyak pula ibu yang bangga jika anaknya tampak gemuk di usia yang masih belia.

Padahal, gemuk enggak selalu menjadi tanda kalau Si Kecil sehat. Justru bisa jadi buah hati berpotensi mengidap penyakit-penyakit tertentu. Misalnya penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung, dan stroke. Mengatasi obesitas pada anak enggak sulit kok, asalkan kamu dan Si Kecil punya komitmen bersama.

Kata ahli, kelebihan berat badan atau obesitas pada anak  adalah kondisi kronis yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit degenaratif ini enggak sama dengan penyakit lainnya. Penyebabnya bukan karena virus, bakteri, atau infeksi, tapi akibat penuaan sel organ tubuh karena bertambahnya usia dan pola hidup yang tidak sehat.

Jangan salah, Si Kecil bisa saja terserang penyakit ini meski usianya masih belia. Sebut saja penyakit diabetes mellitus tipe 2, kanker, jantung, peningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah, hingga stroke. Bikin resahnya lagi, kegemukan juga bisa menimbulkan gangguan motorik dan risiko gangguan pertumbuhan tulang pada anak.

Risiko Diabetes Melitus

Sekali lagi, sebaiknya jangan menyepelekan obesitas pada anak, sebab kata ahli ini merupakan masalah yang serius. Bahkan, bisa menyebabkan premature death, lho. Jika melihat anak menunjukkan ciri cepat haus, cepat lapar, dan sering buah air kecil, orangtua mesti waspada.

Di negara kita, anak pengidap diabetes militus tipe 1 memang lebih banyak dibandingkan tipe 2. Nah, tipe 2 ini umumnya disebabkan oleh obesitas. Singkatnya, apapun jenisnya diabetes bisa memicu lonjakan kadar gula darah saat glukosa dari makanan menumpuk, karena enggak bisa diserap ke dalam sel tanpa kehadiran insulin. Alhasil, lama-kelamaan kelebihan gula darah ini bisa merusak organ-organ dan jaringan tubuh lainnya.

Ajak Si Kecil Diet dan Aktif Bergerak

Mengatasi obesitas pada anak solusinya bisa lho, dengan berolahraga. Yang perlu kamu tahu, obesitas pada anak ini enggak lepas dari peran sebagai orangtua. Misalnya, orangtua sering kali membiarkan anak kurang aktif bergerak. Padahal, aktivitas fisik amat dibutuhkan setiap anak, apalagi bila ia masuk ke dalam kategori obesitas. Olahraga ini bisa kok diajari pada anak secara bertahap. Mulai  dari yang ringan, sedang, sampai berat. Menurut ahli, olahraga untuk anak dianjurkan 60 menit setiap hari.

Selain aktif bergerak, orangtua juga perlu mengajak Si Kecil untuk diet. Ketika dirinya sudah masuk ke dalam status pre-diabetes, olahraga perlu diimbangi dengan diet. Namun, dietnya jelas berbeda dengan orang dewasa karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Biasanya, anak akan diminta untuk makan bergizi lengkap sesuai jumlah kebutuhan kalori. Misalnya, usia 4-6 tahun membutuhkan 1.700 – 1.800 kalori. Nah, kata ahli, jika Si Kecil biasa makan 2.500 – 4.000 kalori, maka dia harus menguranginya jadi 1.800 kalori.

Lalu, ada juga  beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan para ahli untuk pencegahan obesitas pada anak, yaitu:

  1. Batasi menonton TV, bermain komputer, game menjadi kurang dari dua jam per hari.
  2. Biasakan makan bersama keluarga minimal satu kali sehari.
    Konsumsi buah dan sayur lebih dari 5 porsi sehari.
  3. Kurangi makanan dan minuman manis.
  4. Aktivitas fisik minimal satu jam per hari.
  5. Tidak menyediakan TV di kamar anak.
  6. Kurangi makanan berlemak dan gorengan.
  7. Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah.
  8. Makan sesuai waktunya.

Yuk, jadi orangtua yang bijak dan lebih peka pada kondisi kesahatan anak. Sebab tanpa dukungan, anak akan sulit untuk hidup dengan sehat dan berkualitas. Jaga selalu kondisi kesehatan anak dengan aplikasi Halodoc. Orangtua bisa menghubungi dokter di  Halodoc melalui Video/Voice Call dan Chat. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.