Alasan Terapi Kognitif Bisa Atasi Serangan Panik
Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu merasakan gelisah yang disertai keringat berlebihan dan rasa takut ketika mengalami perubahan suasana atau berada di tempat yang ramai? Jika ya, mungkin kamu mengalami kondisi serangan panik. Serangan panik bisa diartikan ketika kamu mengalami kondisi gelisah dan rasa takut secara tiba-tiba.
Baca juga: Serangan Panik Menyerang, Ini Dampaknya pada Tubuh
Serangan panik berbeda dengan kondisi gangguan panik. Serangan panik dapat dialami oleh siapa saja dan dapat menghilang ketika penyebab ketakutan, kegelisahan atau kecemasan hilang. Jika serangan panik dialami oleh seseorang secara berulang dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka kondisi ini dikategorikan sebagai gangguan panik.
Gejala yang Dialami Pengidap Serangan Panik
Umumnya, serangan panik yang dialami oleh seseorang berlangsung selama 5 hingga 10 menit. Serangan panik akan berangsur menghilang ketika pengidap serangan panik dapat menenangkan diri dan penyebab serangan dapat diatasi dengan baik.
Ada beberapa gejala yang dialami oleh pengidap serangan panik, seperti berkeringat secara berlebihan, merasa gelisah, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi namun tidak masuk akal, mengalami ketegangan otot pada beberapa bagian tubuh, mengalami rasa takut yang luar biasa hingga bisa menyebabkan gemetaran, dan membuat mulut menjadi kering.
Selain itu, seseorang yang mengalami serangan panik umumnya juga mengalami kondisi sesak napas, detak jantung meningkat lebih cepat, kram perut, dan nyeri dada. Serangan panik juga dapat menyebabkan pengidapnya alami mual, muntah hingga pingsan.
Umumnya, setelah serangan panik berlangsung pengidap akan mengalami kondisi kelelahan dan menyisakan rasa takut hingga gelisah. Tidak jarang pengidap serangan panik lebih memilih untuk menghindari penyebab serangan panik yang baru saja dialami.
Jika kondisi serangan panik berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama dan menimbulkan gejala yang lebih parah, sebaiknya segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk mengatasi masalah serangan panik yang kamu alami.
Baca juga: Serangan Panik Bisa Sebabkan Tremor Hingga Pingsan
Lalu, mengapa seseorang dapat mengalami serangan panik? Ketika seseorang mengalami serangan panik, kondisi inni berkaitan dengan aktivitas yang ada pada otak seseorang. Saat mengalami serangan panik, otak membuat sistem saraf memberikan respon untuk menghindari penyebab. Respon tersebut berbentuk zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh dan dikenal sebagai adrenalin. Adanya adrenalin membuat detak jantung lebih cepat serta perubahan pada frekuensi napas dan aliran darah menuju otot.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang alami serangan panik, seperti stres, perubahan suasana yang tiba-tiba, adanya trauma pada kondisi tertentu dan mengonsumsi kafein atau narkotika.
Terapi Dapat Dilakukan untuk Atasi Serangan Panik
Jangan khawatir, serangan panik dapat diatasi dengan beberapa cara. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi frekuensi serangan panik agar pengidap dapat meningkatkan kualitas hidup. Penanganan serangan panik biasanya dimulai dengan terapi kognitif terlebih dahulu, jika gejala dianggap tidak terlalu berat. Terapi yang dilakukan untuk mengubah pola pikir pengidap serangan panik bahwa penyebab serangan panik yang dihadapi tidak membahayakan. Pengidap serangan panik juga diajarkan untuk merespon perasaan dan perilaku saat menghadapi sesuatu yang membuat panik.
Namun, apabila gejala yang dialami sangat mengganggu, maka penanganan akan mencakup terapi kognitif dikombinasikan dengan terapi medikamentosa. Sedangkan, penggunaan obat depresi dan obat penenang umumnya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Penggunaan obat tidak dapat dihentikan secara tiba-tiba, namun dosis harus dikurangi secara perlahan.
Baca juga: Serangan Panik Menyerang, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Tidak ada salahnya untuk segera atasi kondisi serangan panik. Serangan panik yang diabaikan dapat sebabkan gangguan panik pada seseorang. Tidak hanya itu, serangan panik yang tidak segera diatasi bisa mengakibatkan rasa trauma, munculnya fobia, serta gangguan dalam masalah sosial dan depresi.