Alasan Sering Terpapar Polusi Udara Berisiko Terkena Emfisema
Halodoc, Jakarta - Pernah merasakan gejala penyakit pernapasan seperti napas menjadi pendek, batuk, terasa cepat lelah, penurunan berat badan, jantung berdebar, bibir dan kuku menjadi biru, hingga depresi? Beberapa gejala ini bisa terjadi akibat penyakit emfisema. Penyakit emfisema muncul akibat kerusakan kantung udara atau alveolus pada paru-paru.
Kerusakan kantong udara yang semakin parah bisa sehingga membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah. Alhasil, luas area permukaan paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang mencapai aliran darah menurun. Penyakit ini kerap dihubungkan dengan asap rokok, namun polusi udara juga memberikan dampak yang signifikan pada kerusakan alveolus.
Baca juga: Sama-Sama Bikin Batuk, Apa Beda Emfisema dengan Bronkitis Kronis?
Kaitan Polusi Udara dan Emfisema
Menurut studi yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association (JAMA), polusi udara juga terkait dengan perkembangan emfisema dan mungkin menjadi faktor dalam peningkatan tingkat penyakit paru-paru kronis pada non perokok. Polusi udara telah lama dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler dan pernapasan.
Para ahli mengatakan sebagian besar kematian akibat penyakit pernapasan bagian bawah kronis disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronis (COPD), yang didefinisikan oleh keterbatasan aliran udara persisten dan emfisema.
Studi ini dilakukan antara 2000 dan 2018 di 6 wilayah perkotaan Amerika Serikat ini melibatkan 6814 orang dewasa berusia 45 hingga 84 tahun, tambahan 257 orang direkrut dari Februari 2005 hingga Mei 2007, dengan tindak lanjut hingga November 2018.
Hasil penelitian tersebut menemukan, median persen emfisema adalah 3 persen pada awal dan meningkat rata-rata 0,58 poin persentase per 10 tahun. Para ahli juga cukup terkejut melihat seberapa kuat dampak pencemaran udara pada perkembangan emfisema pada pemindaian paru-paru. Peningkatan risiko emfisema kira-kira setara dengan merokok sebungkus rokok sehari selama 29 tahun.
Baca juga: Sering Merokok, Hati-Hati Emfisema
Pengobatan Emfisema
Penyakit emfisema sebetulnya tidak dapat disembuhkan. Penanganan ditujukan untuk meringankan gejala yang dirasakan pengidapnya serta memperlambat perkembangan penyakit. Nah, beberapa pilihan penanganan emfisema yang bisa dilakukan, yaitu:
-
Obat-Obatan. Dokter paru bisa memberikan obat pelega napas, seperti terbutaline, untuk meredakan gejala. Obat kortikosteroid dalam bentuk obat hirup juga bisa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan gejala.
-
Terapi Pendukung. Ada beberapa jenis yang dilakukan seperti fisioterapi dada atau yang juga dinamakan program rehabilitasi paru, pemberian oksigen tambahan, dan konsultasi gizi.
-
Operasi. Prosedur ini dilakukan untuk pengidap emfisema berat, antara lain berupa operasi pengangkatan paru yang rusak, agar jaringan paru yang tersisa dapat mengembang dan bekerja lebih efektif. Sementara itu jika kerusakan paru sudah cukup berat, maka bisa dilakukan transplantasi paru.
Di samping ketiga bentuk penanganan tersebut, pengidapnya juga perlu melakukan upaya untuk menghambat perkembangan emfisema dan mencegah komplikasi. Misalnya dengan menghentikan kebiasaan merokok, menghindari asap atau polusi udara, berolahraga secara teratur, serta melakukan vaksinasi yang dianjurkan dokter untuk mencegah infeksi paru.
Baca juga: 4 Olahraga untuk Pengidap Emfisema
Jika kamu mengalami batuk berkepanjangan, sesak napas, napas berbunyi (mengi), atau bahkan nyeri dada, sebaiknya download aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter lewat chat, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar diagnosis dan penanganan bisa segera dilakukan.
Referensi:
American Journal of Managed Care. Diakses pada 2020. Air Pollution Tied to Emphysema, Even in People Who Never Smoked.
Healthline. Diakses pada 2020. Emphysema.
WebMD. Diakses pada 2020. What is Emphysema?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan