Alasan Bayi Lebih Rentan Terkena Campak
Halodoc, Jakarta - Disebut juga rubeola, campak bisa menjadi penyakit yang serius dan berdampak fatal bagi anak-anak, terutama balita. Pasalnya, penyakit ini masih menyumbangkan angka kematian yang cukup tinggi, sebagian besar terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun.
Campak terjadi karena virus yang berasal dari famili Paramyxovirus. Jenis virus ini akan menginfeksi saluran pernapasan terlebih dahulu, baru kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah. Campak memang bisa terjadi pada siapa saja, tetapi mengapa bayi lebih rentan terserang penyakit ini?
Bayi Lebih Rentan Terserang Campak
Campak dapat menyebar melalui udara dari droplets dan partikel aerosol kecil. Orang yang terinfeksi dapat melepaskan virus ini ke udara ketika mereka batuk, bersin atau bahkan sedang berbicara. Hati-hati, karena campak sangat menular, sehingga penyebarannya mudah terjadi dari orang ke orang.
Baca juga: 5 Penanganan Pertama saat Anak Alami Campak
Orang yang rentan terpapar virus campak memiliki kemungkinan terinfeksi sebesar 90 persen. Bahkan, penyebaran bisa terjadi sebelum pengidap mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi. Penularannya terjadi selama empat hari sebelum akhirnya ruam khas muncul pada tubuh. Setelah muncul ruam, penularan juga masih bisa terjadi hingga empat hari kemudian.
Lalu, mengapa bayi lebih rentan terkena campak dibandingkan dengan orang dewasa? Sebenarnya, faktor risiko utama penularan campak adalah tubuh yang tidak kebal alias tidak divaksinasi. Pada bayi, imunitasnya yang masih sangat lemah akan membuatnya menjadi lebih rentan terserang campak.
Dilansir dari Healthline, vaksin campak tidak diberikan kepada bayi sampai usianya setidaknya 12 bulan. Inilah mengapa, sebelum mendapatkan vaksin dosis pertama, bayi menjadi golongan yang paling rentan terserang campak. Perlindungan utama yang didapatkan bayi untuk meningkatkan imunitas tubuhnya melalui ASI eksklusif yang diberikan ibu selama masa menyusui.
Baca juga: Alasan Orang Dewasa Perlu Diberikan Vaksin Campak
Sayangnya, anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun lebih mungkin untuk mengalami komplikasi akibat campak. Ini termasuk pneumonia, ensefalitis, dan infeksi pada telinga yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran pada anak.
Mengenali Gejala dan Tindakan Pencegahannya
Dilansir dari laman Healthy Children, campak biasanya terjadi diawali dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis pada mata atau bagian putih mata berubah warna menjadi merah muda.
Kemudian, ruam mulai muncul di bagian kepala dan menyebar dengan cepat ke seluruh bagian tubuh. Beberapa anak yang mengalami penyakit ini juga mengidap infeksi telinga. Inilah mengapa vaksin sangat diperlukan, tentu untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk lagi.
Baca juga: Begini Cara Membedakan Campak dengan Demam Scarlet
Sementara itu, laman Mayo Clinic menuliskan, tindakan pencegahan campak pada anak dengan memberi vaksin biasanya dilakukan antara usia 12 hingga 15 bulan. Lalu, dosis kedua biasanya diberikan antara usia 4 hingga 6 tahun. Namun, jika ibu merencanakan bepergian dengan sang buah hati yang berusia antara 6 hingga 11 bulan, tanyakan terlebih dahulu pada dokter apakah sang buah hati bisa mendapatkan vaksin campak lebih awal.
Jangan lupa, supaya chat dengan dokter lebih mudah, ibu bisa download dan pakai aplikasi Halodoc. Bahkan, sekarang ibu pun bisa berobat ke rumah sakit terdekat tanpa harus lagi melalui prosedur yang rumit alias tanpa antre.
Tidak hanya bayi, orang dewasa yang berisiko perlu mendapatkan vaksin, meski sudah pernah mendapatkannya ketika bayi. Hindari pula bepergian ke daerah yang berpopulasi padat dan rawan terjadi penularan, ya!