Alami Hipospadia, Kapan Operasi Perlu untuk Dilakukan?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 Mei 2019
Alami Hipospadia, Kapan Operasi Perlu untuk Dilakukan?Alami Hipospadia, Kapan Operasi Perlu untuk Dilakukan?

Halodoc, Jakarta -  Hipospadia adalah cacat lahir di mana pembukaan uretra berada di bagian bawah Mr P, bukan di ujung. Hipospadia sering terjadi dan dalam kebanyakan kasus tidak menyulitkan Ibu dalam merawat Si Kecil. Pembedahan biasanya efektif untuk mengembalikan bentuk normal Mr P Si Kecil. Sebagian besar pengidap hipospadia yang mendapatkan pengobatan yang tepat dapat buang air kecil dan melakukan reproduksi secara normal.

Baca Juga: Inilah 4 Cacat Lahir yang Bisa Terjadi pada Si Kecil

Gejala Hipospadia

Dalam kebanyakan kasus, hipospadia pembukaan uretra ada di dalam kepala Mr P atau lubang ada di tengah atau pangkal Mr P. Tanda dan gejala hipospadia, di antaranya:

  • Lokasi pembukaan uretra selain pada ujung Mr P.

  • Kurva Mr P ke bawah (chordee).

  • Penampilan Mr P berkerudung karena hanya setengah bagian atas Mr P yang ditutupi oleh kulup.

  • Penyemprotan tidak normal saat buang air kecil.

Sebagian besar bayi dengan hipospadia didiagnosis setelah lahir. Namun, perpindahan dari pembukaan uretra mungkin samar-samar, sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi. Sebaiknya, katakan ke dokter jika Ibu memiliki kekhawatiran tentang penampilan Mr P Si Kecil atau jika ada masalah dengan buang air kecil.

Penyebab Hipospadia

Saat Mr P berkembang pada janin laki-laki, hormon-hormon tertentu merangsang pembentukan uretra dan kulup. Hipospadia terjadi ketika ada kerusakan pada aksi hormon-hormon ini yang menyebabkan uretra berkembang secara tidak normal. Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti hipospadia tidak diketahui. Terkadang, hipospadia bersifat genetis, tapi lingkungan juga dapat berperan.

Faktor Risiko Hipospadia

Meskipun penyebab hipospadia biasanya tidak diketahui, tapi faktor-faktor ini dapat dikaitkan dengan kondisi hipospadia, seperti:

  • Sejarah keluarga. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi dengan riwayat keluarga hipospadia.

  • Genetika. Variasi gen tertentu dapat berperan dalam gangguan hormon yang merangsang pembentukan alat kelamin pria.

  • Usia ibu di atas 35. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir dari wanita berusia lebih dari 35 tahun.

  • Paparan zat tertentu selama kehamilan. Ada beberapa spekulasi tentang hubungan antara hipospadia dan paparan terhadap hormon tertentu atau senyawa tertentu, seperti pestisida atau bahan kimia industri.

Baca Juga: Kenali Pentingnya Waktu Tidur untuk Pertumbuhan Balita

Komplikasi Hipospadia

Terdapat komplikasi yang mungkin terjadi jika kondisi hipospadia tidak diobati. Komplikasinya dapat berupa:

  • Penampilan Mr P yang tidak normal.

  • Masalah belajar menggunakan toilet.

  • Kelengkungan Mr P yang tidak normal.

  • Masalah dengan ejakulasi di kemudian hari.

Beberapa bentuk hipospadia sangat kecil dan tidak memerlukan operasi. Namun, perawatan biasanya melibatkan pembedahan untuk memposisikan ulang pembukaan uretra atau meluruskan batang Mr P jika diperlukan. Pembedahan biasanya dapat dilakukan antara usia 6-12 bulan.

Perlu diingat bahwa sunat tidak dianjurkan jika Mr P terlihat tidak normal. Jika hipospadia ditemukan selama penyunatan, maka prosedur harus diselesaikan. Dalam kedua kasus tersebut, rujukan ke ahli urologi anak mungkin direkomendasikan.

Operasi untuk Mengobati Hipospadia

Sebagian besar bentuk hipospadia dapat diperbaiki dalam satu operasi yang dilakukan secara rawat jalan. Beberapa bentuk hipospadia lainnya mungkin membutuhkan lebih dari satu operasi untuk memperbaiki cacat.

Ketika lubang uretra dekat pangkal Mr P, ahli bedah mungkin perlu menggunakan cangkok jaringan dari kulit khatan atau dari bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran kemih dalam posisi yang tepat mengoreksi hipospadia. Dalam kebanyakan kasus, operasi memiliki hasil yang efektif. Seiring berjalan nya waktu, Mr P akan terlihat normal setelah operasi, sehingga Si Kecil bisa buang air kecil dan bereproduksi secara normal.

Baca Juga: 6 Tes Kesehatan yang Wajib Dilakukan Bayi Baru Lahir

Jadi, kalau ibu curiga Si Kecil mengalami kondisi diatas, jangan ragu untuk bertanya ke dokter Halodoc untuk memastikannya. Gunakan fitur  Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!