Adakah Cara Mencegah Pheochromocytoma?
Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu mendengar kondisi pheochromocytoma? Ini merupakan jenis tumor yang terbilang langka. Pheochromocytoma adalah tumor yang berkembang di kelenjar adrenal dan bersifat non-kanker (jinak). Jenis tumor ini dapat mempengaruhi salah satu atau kedua kelenjar adrenalin. Tumor penyebab pheochromocytoma melepaskan hormon, sehingga pengidapnya mengalami tekanan darah tinggi episodik atau persisten.
Baca Juga: Hipertensi Sekunder dan Hipertensi Primer, Apa Bedanya?
Pheochromocytoma yang tidak diobati dapat mengakibatkan kerusakan parah sampai mengancam jiwa karena memengaruhi sistem tubuh lainnya. Kebanyakan pengidap pheochromocytoma umumnya berusia antara 20-50 tahun. Meski begitu, tumor dapat berkembang pada usia berapa pun.
Gejala yang Ditimbulkan Pheochromocytoma
Pheochromocytoma cenderung menimbulkan banyak gejala karena tumor bisa dengan mudah memengaruhi atau mengacaukan berbagai sistem tubuh. Gejala umum yang ditimbulkan pheochromocytoma, yaitu:
-
Tekanan darah tinggi;
-
Keringat berat;
-
Sakit kepala;
-
Detak jantung cepat (takikardia);
-
Tremor;
-
Wajah pucat;
-
Nafas pendek (dispnea);
-
Mengalami gangguan kecemasan;
-
Sembelit;
-
Penurunan berat badan.
Adapun hal-hal yang memengaruhi tekanan darah seseorang yang berisiko memicu pheochromocytoma. Makanan yang mengandung zat tyramine yang tinggi adalah salah satunya. Tyramine sering ditemukan dalam makanan yang difermentasi, diawetkan, kadaluarsa, diasamkan, terlalu matang atau rusak. Makanan-makanan ini contohnya seperti beberapa jenis keju, beberapa jenis bir dan anggur, cokelat, daging kering atau rokok.
Apa yang Menyebabkan Pheochromocytoma?
Sejauh ini, para ahli tidak tahu pemicu terbentuknya tumor pheochromocytoma. Sekitar 30% kasus pheochromocytoma berhubungan dengan riwayat pheochromocytoma dalam keluarga. Tumor ini menyebar ke bagian lain dari tubuh, termasuk hati, paru-paru, atau tulang. Tumor lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan atau kondisi bawaan, seperti:
-
Neoplasia endokrin multipel, tipe II;
-
Penyakit Von Hippel-Lindau;
-
Neurofibromatosis 1 (NF1);
-
Sindrom paraganglioma herediter.
Baca Juga: Begini Cara Mendeteksi Tumor Ganas dan Tumor Jinak
Kalau kamu masih ingin mengetahui pheochromocytoma lebih mendalam, hubungi dokter Halodoc. Lewat aplikasi, kamu bisa berdiskusi dengan dokter tanpa terhalang oleh waktu dan tempat. Bicara dengan dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call melalui Halodoc.
Apa Komplikasi yang Mungkin Terjadi?
Tingginya tekanan darah berisiko merusak berbagai organ, terutama jaringan sistem kardiovaskular, otak dan ginjal. Tekanan darah tinggi yang tidak diobati akibat pheochromocytomas dapat menyebabkan sejumlah kondisi kritis, seperti:
-
Penyakit jantung;
-
Stroke;
-
Gagal ginjal;
-
Gangguan pernapasan akut;
-
Kerusakan saraf mata;
-
Tumor kanker (ganas).
Pheochromocytoma dapat berkembang menjadi kanker (ganas), di mana sel-sel kanker menyebar ke bagian lain dari tubuh (bermetastasis). Sel kanker dari pheochromocytoma atau paraganglioma paling sering bermigrasi ke sistem getah bening, tulang, hati atau paru-paru. Akan tetapi, kasus ini sangat jarang terjadi.
Baca Juga: Harus Tahu, Bedanya Kanker dan Tumor
Bisakah Pheochromocytoma Dicegah?
Karena belum diketahui pasti apa yang menyebabkannya, pheochromocytoma sulit dicegah. Langkah pencegahan yang mungkin dilakukan adalah mengurangi risiko timbulnya komplikasi dengan memeriksakan diri ke dokter sesegera mungkin. Kalau kamu merasakan gejala-gejala penyakit ini, jangan tunda untuk memeriksakannya.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Pheochromocytoma.
WebMD. Diakses pada 2019. Pheochromocytoma. What Is Pheochromocytoma?.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan