Terlalu Sering Stres Sebabkan 6 Penyakit Ini
Halodoc, Jakarta - Terlalu sering stres dapat dapat menyebabkan penyakit pada fisik. Saat tubuh tidak memiliki waktu untuk membangun kembali keseimbangan, terlalu banyak bekerja, dan sistem kekebalan tubuh melemah, kondisi tersebut akan membuat kamu rentan terhadap penyakit. Banyak proses tubuh yang penting pun akan mengalami gangguan.
Stres bukan hanya soal perasaan dan stres tidak hanya ada di kepala saja. Stres merupakan respons fisiologi bawaan yang dapat mengancam. Saat kamu stres, tubuh kamu akan merespons, yaitu dengan menyempitnya pembuluh darah, serta naiknya Tekanan darah dan nadi. Kamu pun akan bernapas lebih cepat, serta aliran darah kamu akan dibanjiri oleh hormon kortisol dan adrenalin.
Baca juga: 4 Tanda yang Muncul di Tubuh Saat Mengalami Stres
Saat kamu mengalami stres kronis akan terjadi perubahan fisiologis. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Beberapa penyakit ini dapat terjadi disebabkan stres. Jika kamu merasa sering stres, waspadai sejumlah dampak penyakit berikut:
1. Penyakit Jantung
Melansir laman American Heart Association, stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung dan stroke. Stres juga dapat berkontribusi pada risiko penyakit kardiovaskular yang dipicu oleh kebiasaan merokok, makan berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik.
2. Obesitas
Menurut penelitian, seseorang yang memiliki kadar hormon kortisol (hormon stres) yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, cenderung memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan pinggang yang lebih besar, dibandingkan dengan mereka dengan kadar hormon kortisol yang rendah.
Alasannya, menurut para ahli stres dapat merangsang perilaku yang memicu obesitas. Pasalnya, orang yang mengalami stres cenderung mengonsumsi banyak makanan manis dan tinggi lemak, sebagai upaya untuk membuat perasaan mereka menjadi lebih baik.
3. Depresi dan Kecemasan
Tidak mengherankan jika stres kronis dikaitkan dengan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi. Satu survei dan studi baru-baru ini menemukan bahwa orang yang mengalami stres berkaitan dengan pekerjaan mereka. Tuntutan pekerjaan dengan sedikit upah memiliki risiko 80 persen lebih tinggi menyebabkan depresi dalam beberapa tahun belakangan.
4. Cepat Tua
Stres dapat memengaruhi usia kamu menjadi lebih cepat tua. Telah ditemukan bahwa wilayah tertentu pada kromosom menunjukkan efek penuaan yang cepat. Stres tampaknya mempercepat penuaan sekitar 9 hingga 17 tahun lebih cepat.
5. Sakit Kepala
Gangguan stres dianggap sebagai salah satu pemicu sakit kepala yang paling umum. Bukan hanya sakit kepala tegang, tapi stres juga bisa sebabkan migrain.
6. Diabetes
Stres dapat memperburuk diabetes dengan dua cara. Pertama, meningkatkan kemungkinan perilaku buruk, seperti makan tidak sehat dan minum berlebihan. Kedua, stres tampaknya meningkatkan kadar glukosa pengidap diabetes tipe 2 secara langsung.
Baca juga: 7 Alasan Stres Bisa Bikin Cepat Tua
Perlu Manajemen Stres
Apabila tubuh dapat menangani stres dengan benar, tubuh akan menerima respons relaksasi. Ini terjadi karena pelepasan hormon pengimbang. Selama respons relaksasi terjadi pada sistem saraf parasimpatis, tubuh akan kembali mengalami keseimbangan. Kondisi tersebut memungkinkan detak jantung dan tekanan darah kembali pada tingkat awal. Selain itu, pencernaan juga akan kembali berfungsi dengan baik.
Kamu juga dapat melakukan beberapa hal untuk membantu pengelolaan stres sepanjang hari. Gunanya adalah untuk menghindari potensi berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan stres. Langkah yang bisa dilakukan adalah:
- Lepaskan ketegangan fisik dengan sesekali berdiri saat bekerja, naik tangga, atau berjalan kaki selama 5 menit sehari.
- Bawa headphone untuk mendengarkan musik di kantor, dalam perjalanan, atau saat istirahat makan siang.
- Bicarakan masalah yang membuat kamu stres. Hal ini akan membantu melepaskan kecemasan yang berkaitan dengan penyebab stres dan dapat membuka resolusi baru. Kamu dapat membicarakan masalah yang membuat kamu stres pada dokter atau psikolog melalui aplikasi Halodoc untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Referensi: