6 Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kolitis Ulseratif

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   06 Mei 2019
6 Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kolitis Ulseratif 6 Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kolitis Ulseratif

Halodoc, Jakarta – Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus yang terjadi pada lapisan terdalam usus besar dan rektum. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Maka dari itu, pengobatan sejak dini sangat berguna untuk mengurangi gejalanya.

Sejauh ini, penyebab pasti dari kolitis ulserativa masih belum diketahui. Diet dan stres bukan penyebab utama, tapi diduga menjadi salah satu faktor pendukung penyakit kolitis ulseratif.

Baca Juga: Ini 5 Tips Menjaga Kesehatan Pencernaan

Salah satu penyebab yang paling mungkin adalah kerusakan sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem kekebalan mencoba melawan virus atau bakteri, maka respons kekebalan yang abnormal malah menyerang sel-sel di saluran pencernaan. Selain itu, faktor keturunan juga diduga berperan, karena ada beberapa kasus kolitis ulseratif terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini.

Faktor risiko Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif dapat mempengaruhi wanita maupun pria. Adapun beberapa faktor risikonya, yaitu:

1. Usia

Kolitis ulseratif sebenarnya bisa terjadi pada rentang usia berapapun. Namun, penyakit ini lebih sering dimulai sebelum usia 30 tahun. Ada pula beberapa orang yang tidak mengidap penyakit ini sampai usianya di atas 60 tahun.

2. Ras

Kolitis ulseratif juga bisa dialami oleh semua ras dan etnis. Tapi, orang yang memiliki kulit putih punya risiko tertinggi.

3. Sejarah Keluarga

Seseorang akan berisiko lebih tinggi jika memiliki kerabat dekat, seperti orang tua, saudara kandung, ataupun anak yang mengidap penyakit ini.

Gejala Kolitis Ulseratif

Gejala kolitis ulseratif dapat bervariasi, tergantung pada keparahan peradangan dan lokasinya. Tanda dan gejalanya, yaitu:

  • Diare yang sering disertai darah atau nanah

  • Nyeri perut dan kram

  • Nyeri  pada dubur

  • Pendarahan pada dubur

  • Sering buang air kecil

  • Ketidakmampuan untuk buang air besar meskipun mendesak

  • Penurunan berat badan

  • Kelelahan

  • Demam

Baca Juga: BAB Berdarah Tiba-Tiba, Berbahayakah?

Diagnosis Kolitis Ulseratif

Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis kolitis ulseratif, dokter mungkin akan bertanya padamu seputar riwayat kesehatan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan beberapa prosedur pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, seperti:

1. Tes Darah

Tes darah berfungsi untuk memeriksa anemia sebagai tanda infeksi akibat kolitis ulseratif.

2. Sampel Feses

Sampel feses dilakukan untuk memeriksa apakah feses mengandung sel darah putih. Sel darah putih pada feses termasuk salah satu gejala kolitis ulseratif.

3. Kolonoskopi

Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk melihat seluruh usus besar menggunakan tabung tipis, fleksibel, dan terang dengan kamera terpasang. Selama prosedur, dokter dapat mengambil sampel kecil jaringan (biopsi) untuk analisis laboratorium.

4. Sigmoidoskopi Fleksibel

Prosedur pemeriksaan ini menggunakan tabung berbentuk ramping, lentur, dan terang untuk memeriksa rektum dan sigmoid, yaitu bagian terakhir dari usus besar.

Sinar-X

Jika gejala kolitis ulseratif semakin parah, dokter mungkin akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa usus berlubang.

CT Scan

CT scan perut atau panggul dapat dilakukan jika dokter mencurigai adanya komplikasi kolitis ulseratif.

Baca Juga: Menyerang Usus, Ini Beda Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn

Kalau kamu mengalami gejala seperti di atas, tak ada salahnya untuk diskusi dengan dokter Halodoc agar lebih pasti. Gunakan fitur  Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!