5 Fakta Penting Cacing Kremi Pada Anak
Halodoc, Jakarta - Meski bisa terjadi pada siapa saja, tapi infeksi cacing kremi yang amat menular lebih sering terjadi pada anak-anak usia sekolah. Infeksi cacing ini awalnya terjadi di dalam anus. Meskipun cacing ini menetap di dalam tubuh, tapi telur-telur cacing kremi bisa menyebar melalui kotoran. Belum lagi mereka dapat hidup dalam waktu yang lama di permukaan suatu benda di luar tubuh.
Cacing kremi sendiri merupakan infeksi parasit yang berukuran kecil, kira-kira sekitar 2–13 milimeter. Sayangnya, banyak orangtua yang belum memahami cara penularan infeksi ini dan fakta penting lainnya. Alhasil, mereka tidak dapat melindungi anak-anak mereka dengan efektif dari serangan cacing kremi ini.
Baca juga: Si Kecil Terserang Cacing Kremi, Ibu Harus Apa?
Selain itu, orangtua juga sebaiknya memperhatikan kondisi yang dialami anak sebagai antisipasi awal terhadap penularan penyakit ini. Nah, berikut fakta penting mengenai penyakit cacing pada anak:
1. Senang Hidup di Kuku
Bila Si Kecil memiliki kuku yang panjang, ibu rasanya mesti harap-harap cemas. Sebab, cacing kremi amat senang hidup di balik kuku yang panjang. Telur cacing kremi paling sering bersembunyi di balik kuku yang panjang. Penyakit cacing kremi pada anak dapat menyebar melalui banyak cara. Termasuk melalui kuku tangan anak ketika menggaruk, kemudian masuk ke mulut. Oleh sebab itu, cobalah untuk ingatkan anak agar menjaga kuku tetap pendek dan bersih.
2. Gejalanya Bermacam-Macam
Pada sebagian kasus, penyakit cacing kremi pada anak tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, setidaknya ada beberapa gejala umum yang bisa muncul ketika seseorang terinfeksi cacing ini. Misalnya, gatal pada bagian anus (terutama di malam hari), tidur terganggu karena gatal yang dialami, anus terasa sakit dan terdapat ruam, nyeri perut, dan mual.
Baca juga: 6 Masalah Kesehatan Akibat Cacing Kremi
3. Sebabkan Komplikasi Berbahaya
Jangan anggap remeh komplikasi dari penyakit ini, apalagi pada anak perempuan. Alasannya, infeksi cacing kremi pada mereka bisa menyebar dari anus ke Miss V. Nah, hal inilah yang nantinya menyebabkan keluarnya cairan abnormal dari Miss V.
Tak hanya itu saja, infeksi ini juga bisa menyebabkan infeksi kulit bila anak terus-menerus menggaruk kulit di sekitar anusnya. Di samping itu, infeksi cacing kremi juga bisa menyebabkan infeksi saluran kencing, vaginitis, dan endometritis (radang lapisan rahim).
4. Tak Cuma Melalui Mulut
Penyebaran penyakit cacing kremi pada anak dapat terjadi melalui kontak langsung dengan seseorang atau benda yang terkontaminasi. Biasanya, telur cacing kremi ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Namun, telur cacing ini juga bisa masuk ke dalam tubuh anak melalui hidung.
Caranya melalui benda yang terkontaminasi, seperti handuk yang terkontaminasi telur cacing. Ketika handuk ini dikibaskan, telur tersebut bisa melayang di udara, lalu terhirup saat bernapas. Telur cacing yang masuk ini akan menetap dan menetas di saluran pencernaan.
Baca juga: Anak-Anak Rentan Serangan Cacing Kremi
5. Balita dan Anak Usia Sekolah
Infeksi cacing kremi paling sering terjadi pada anak balita dan anak usia sekolah. Kira-kira di usia 5–10 tahun. Anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, anggota keluarga dari anak yang terinfeksi, ataupun orang yang mengasuh anak yang terinfeksi, makin meningkatkan risiko terserang infeksi cacing kremi.
Selain itu, anak yang tinggal bersama banyak orang di suatu tempat, dan anak yang tumbuh dalam keluarga yang tak menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, juga berpeluang terserang penyakit ini.
Mau tahu mengenai penyakit di atas? Atau Si Kecil punya keluhan kesehatan? Ibu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan