Begini 4 Tes untuk Diagnosis Phlegmon
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar penyakit bernama phlegmon? Bagi kamu yang masih asing dengan penyakit ini, phlegmon merupakan peradangan yang meluas pada jaringan ikat dan lunak. Kok bisa? Peradangan ini tak lain disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus koagulase positif dan Streptococcus group A.
Phlegmon berkaitan dengan abses dan selulitis. Contoh kecilnya infeksi diabetes pada kaki. Dalam kasus ini, cukup sulit membedakan apakah jaringan lunak terinfeksi mengalami abses, selulitis, atau phlegmon? Meski begitu, bila ditelisik lebih jauh ketiga penyakit di atas punya perbedaan.
Nah, untuk mendeteksi adanya phlegmon atau tidak, biasanya dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Lantas, seperti apa sih cara mendiagnosis penyakit phlegmon?
Baca juga: Ini Cara Mengobati Infeksi Kulit Berdasarkan Penyebabnya
Lewat Serangkaian Pemeriksaan
Tahap awal untuk mendiagnosis phlegmon diawali dengan wawancara medis lengkap terkait gejala yang dirasakan. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap.
Pada phlegmon yang terjadi di bawah kulit, umumnya kondisi ini dapat segera diidentifikasi. Sedangkan phlegmon yang terjadi pada organ dalam, lain lagi ceritanya. Kondisi ini umumnya lebih sulit untuk didiagnosis.
Sebenarnya phlegmon merupakan infeksi yang susah dikeringkan. Nah, untuk memastikan seseorang mengidap phlegmon atau tidak, biasanya dokter akan melakukan percutaneous abscess drainage (PAD), atau drainase abses di kulit yang terinfeksi.
Selain PAD, ada pula beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi phlegmon.
-
Contrast enhanced ultrasound (CEUS);
-
CT scan atau MRI;
-
Foto Rontgen;
-
Pemeriksaan darah; dan
-
Pemeriksaan urine.
Baca juga: 4 Jenis Penyakit Kulit yang Perlu Diwaspadai
Bisa Menimbulkan Sederet Gejala
Berbicara tanda yang disebabkan phlegmon, berarti kita membicarakan banyak hal. Sebab, phlegmon ini bisa memunculkan banyak tanda pada pengidapnya. Dalam kebanyakan kasus, phlegmon ditandai dengan demam, menggigil, nyeri kepala dan tubuh, kelelahan, dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Tak cuma itu saja, andaikan nanah menyebar ke jaringan sekitarnya, maka akan timbul lagi sederet gejala lain. Misalnya:
-
Pada kulit: Tampak kemerahan, bengkak, terasa panas, dan nyeri.
-
Pada mata: Memicu gangguan penglihatan dan mata berair disertai nyeri.
-
Pada pankreas: Terjadinya peningkatan enzim amilase dan kadar sel darah putih, demam, mual, dan nyeri perut.
-
Pada rongga mulut: Menimbulkan nyeri pada gusi yang menjalar ke telinga, pembengkakan di sekitar mulut, dan kesulitan bernapas.
-
Pada saluran cerna: demam disertai mual, muntah, dan rasa nyeri.
-
Pada tonsil: nyeri tenggorokan, tenggorokan terasa kering, dan kesulitan berbicara.
-
Pada usus buntu: Menyebabkan gangguan pencernaan, diare, mual, muntah, dan nyeri perut.
Nah, andaikan mengalami gejala-gejala di atas, segeralah temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Terakhir, kira-kira bisakah penyakit phlegmon dicegah? Untuknya ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk menjauhi phlegmon. Caranya simpel ok, jagalah kebersihan rongga mulut, seluruh tubuh, serta lingkungan.
Jika terdapat luka kecil pada kulit, rawat dengan baik sehingga tidak terjadi infeksi. Jika terjadi infeksi, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan antibiotik yang tepat.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Healthline (Diakses pada 2019) . What Is Phlegmon?
JPMA (Diakses pada 2019). The Three Musketeers: Cellulitis, Phlegmon, and Abscess
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan