4 Komplikasi Trauma Kepala Berat yang Perlu Diwaspadai
Halodoc, Jakarta – Cedera saat berolahraga, kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik dan terjatuh bisa menyebabkan trauma kepala berat. Pada pemeriksaan fisik, trauma kepala berat ditentukan dengan nilai Glasgow Coma Scale lebih rendah dari 8. Jika dibiarkan tanpa penanganan, trauma kepala berat bisa menyebabkan perdarahan, robeknya jaringan hingga kematian.
Waspada Gejala Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat ditandai dengan sulit berbicara, memar di sekitar kedua mata atau telinga, gangguan panca indra, muntah terus-menerus, keluar cairan bening dari telinga atau hidung, kejang, amnesia hingga hilangnya kesadaran. Pada anak-anak, trauma kepala berat bisa menyebabkan perubahan pola makan atau menyusui, rewel, murung, sering mengantuk, kehilangan fokus, hilangnya minat beraktivitas, hingga kejang.
Trauma Kepala Berat Bisa Sebabkan Komplikasi
Pengidap trauma kepala berat perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Jika tidak, trauma kepala berat bisa menyebabkan komplikasi berikut:
1. Infeksi Otak
Kondisi ini rentan terjadi jika cedera kepala menyebabkan patah tulang tengkorak. Hal ini karena patahan tulang tengkorak bisa merobek lapisan tipis pelindung otak, sehingga bakteri bisa masuk ke dalam luka dan menyebabkan infeksi. Infeksi pada selaput otak (meningitis) bisa menyebar ke seluruh sistem saraf dan berdampak negatif pada kondisi tubuh jika tidak segera diobati.
2. Gangguan Kesadaran
Misalnya koma atau vegetative state, yakni kondisi ketika pengidap trauma kepala berat tidak responsif meskipun dalam keadaan sadar. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas dalam otak.
3. Gegar Otak
Gegar otak adalah trauma kepala tanpa kerusakan jaringan, tapi menyebabkan pingsan selama tidak lebih dari 10 menit. Pengidap gegar otak akan mengeluh pusing dan muntah setelah sadar, serta mengalami vertigo atau amnesia retrograde. Gejala gegar otak yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala terus-menerus, gangguan tidur, gangguan memori, menurunnya konsentrasi dan tinnitus. Gejala ini bisa berlangsung sekitar 3 bulan, dan kamu dianjurkan untuk segera berbicara pada dokter jika mengalami hal tersebut setelah cedera kepala.
4. Cedera Otak
Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya risiko epilepsi, terganggunya keseimbangan dan koordinasi tubuh, berkurangnya produksi hormon, disfungsi indra pengecap dan penciuman, perubahan perilaku dan emosional, serta kesulitan berpikir, memproses informasi, dan memecahkan masalah.
Cegah Trauma Kepala Berat dengan Melindungi Kepala
Cara terbaik untuk mencegah trauma kepala berat adalah berhati-hati saat beraktivitas dan melindungi kepala. Berikut ini cara untuk mencegah terjadinya trauma kepala berat:
-
Gunakan helm saat mengendarai motor dan pasang sabuk pengaman saat mengendarai mobil.
-
Gunakan alat pelindung diri, termasuk helm saat bekerja atau beraktivitas di tempat yang berisiko tinggi (seperti mengerjakan proyek bangunan).
-
Jaga keamanan rumah, terutama jika memiliki anak. Kamu bisa memasang pagar pembatas khusus ruangan yang berbahaya bagi anak, seperti kamar mandi dan dapur. Kamu perlu membersihkan benda-benda yang berserakan di lantai untuk meminimalkan risiko terjatuh dan terpeleset.
Itulah empat komplikasi trauma kepala berat yang perlu diwaspadai. Kalau kamu punya keluhan pada kepala, seperti pusing yang tak kunjung membaik, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga: