4 Hal yang Perlu Dilakukan Saat Lakukan Terapi Wicara
Halodoc, Jakarta – Seiring bertambahnya usia, kemampuan berbicara anak seharusnya juga semakin meningkat. Umumnya, di sekitar usia 1–2 tahun, seorang anak sudah bisa mengucapkan beberapa kata yang sering diucapkan oleh orangtuanya. Menginjak usia 4 tahun, Si Kecil akan jauh lebih cerewet dan sudah bisa bercerita panjang lebar.
Namun, bagaimana bila Si Kecil masih terbata-bata atau bahkan belum bisa mengucapkan sepatah kata pun di usia tersebut? Enggak usah panik, bisa jadi Si Kecil hanya mengalami keterlambatan berbicara saja. Nah, ibu bisa membantu Si Kecil meningkatkan kemampuan bicaranya dengan melakukan terapi wicara.
Baca juga: Ketahui Tahapan Perkembangan Bahasa pada Bayi
Apa Itu Terapi Wicara?
Sebelum memberi anak terapi wicara, ada baiknya ibu memahami dulu tentang terapi ini. Terapi wicara adalah metode yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara, memahami, dan mengekspresikan bahasa. Selain bahasa yang bersifat verbal, terapi ini juga melatih bentuk bahasa nonverbal.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, terapi wicara menerapkan dua cara. Yang pertama adalah mengoptimalkan koordinasi mulut agar dapat menghasilkan suara untuk membentuk kata-kata. Olah mulut ini juga penting agar pasien dapat membuat kalimat dengan artikulasi yang jelas, lancar, dan dengan volume suara yang cukup. Hal yang kedua adalah mengembangkan pemahaman berbahasa dan upaya mengekspresikan bahasa.
Proses Terapi Wicara oleh Profesional
Terapi wicara bisa dilakukan, baik oleh terapis profesional di klinik terapi wicara maupun oleh orangtua sendiri di rumah. Bila ibu memutuskan untuk membawa Si Kecil ke terapi profesional, maka terapis akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab anak mengalami keterlambatan berbicara. Berikut beberapa pemeriksaan yang biasanya akan dilakukan oleh terapis wicara:
-
Pemeriksaan Mekanisme Mulut dan Sekitarnya. Dalam pemeriksaan ini, terapis akan melihat bentuk, kekuatan, dan pergerakan dari bibir, langit-langit, gigi, lidah, dan gusi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa faktor yang menjadi penyebab kelainan dalam berbicara bukan disebabkan oleh struktur dari alat berbicara tersebut.
-
Pemeriksaan Artikulasi (Pengucapan) Anak. Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai kemampuan anak dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan dalam bahasa Indonesia. Biasanya terapis akan menggunakan gambar atau tulisan yang mewakili konsonan tertentu.
-
Pemeriksaan Kemampuan Pemahaman dan Pengungkapan secara Verbal (Ekspresif). Misalnya dengan menanyakan “mana mulut?”, yang kemudian akan dijawab anak dengan cara langsung menunjuk mulutnya. Terapis juga akan bertanya “ini apa?”, kemudian anak dapat menjawab pertanyaan tersebut secara verbal. Umumnya, anak berusia 2 tahun sudah menguasai sedikitnya 300 kosa kata.
Baca juga: Fakta Bayi Bicara dengan Bahasa Isyarat
-
Evaluasi Suara. Suara anak akan dilihat dari nadanya (pitch) biasanya dari rendah ke tinggi, kualitas (apakah suara serak), kekencangannya (loudness), dan resonansi (misalnya, sengau).
-
Evaluasi Kelancaran Berbicara. Tujuannya adalah untuk menilai apakah anak gagap atau tidak.
-
Evaluasi Formal Pendengaran. Meskipun pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh ahli THT, namun terapis wicara juga bisa melakukannya untuk mengetahui apakah masalah pada kemampuan bicara anak disebabkan oleh adanya gangguan pada pendengaran.
Setelah mendapatkan hasil analisa, terapis akan membuat suatu perencanaan terapi yang disebut sebagai Individualized Educational Plan (IEP).
Tips yang Perlu Dilakukan Saat Terapi Wicara
Peran orangtua juga sangat penting agar terapi wicara bisa berjalan dengan maksimal. Berikut adalah beberapa hal yang bisa ibu lakukan saat terapi wicara:
1. Semangati Anak
Dukungan dari ibu sangat lah berarti untuk Si Kecil, bahkan bisa membantu kesuksesan Si Kecil dalam berbicara. Jadi, berilah dukungan pada anak dengan menemaninya sepanjang terapi wicara berlangsung, tidak lelah memberikan semangat, dan sabar dengan perkembangan wicara Si Kecil.
2. Tidak Ikut Membantu
Walaupun Si Kecil mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan dari terapis ataupun dalam berkata-kata, ibu tetap tidak dianjurkan untuk ikut membantu anak dengan memberikan jawaban. Biarkan anak berusaha sendiri dalam menjawab pertanyaan. Peran ibu hanyalah untuk menemani dan mendukungnya saja.
3. Sediakan Asupan Bernutrisi
Agar kesehatan Si Kecil tetap terjaga, bawakanlah camilan sehat dan air putih yang cukup buat bekal Si Kecil selama mengikuti terapi wicara. Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi dan minum air putih yang cukup, Si Kecil dapat belajar berbicara dengan optimal.
4. Bekerja Sama dengan Terapis
Setelah selesai terapi, bicarakanlah dengan terapis mengenai perkembangan Si Kecil dan lakukan apa yang disarankan oleh terapis wicara untuk membantu proses perkembangan kemampuan bicara Si Kecil.
Baca juga: Ketahui Waktu Belajar Bahasa & Menulis Balita
Itulah beberapa tips yang bisa ibu lakukan untuk membantu kelancaran proses terapi wicara Si Kecil. Bila Si Kecil sakit, hubungi saja dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, ibu bisa minta saran kesehatan kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan