3 Penyebab Sindrom Horner yang Perlu Diwaspadai

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   06 November 2018
3 Penyebab Sindrom Horner yang Perlu Diwaspadai3 Penyebab Sindrom Horner yang Perlu Diwaspadai

Halodoc, Jakarta - Penyakit sindrom Horner merupakan gabungan gejala dan tanda klinis yang disebabkan oleh gangguan jalan saraf dari otak menuju wajah dan mata pada salah satu sisi tubuh seseorang. Kondisi ini juga dikenal dengan nama Oculosympathetic Palsy.

Biasanya, sindrom Horner muncul sebagai komplikasi dari gangguan medis lain seperti stroke, tumor, atau cedera saraf tulang belakang. Gangguan pada pengidap sindrom Horner terjadi di sekumpulan serabut saraf yang berpangkal dari bagian otak bernama hipotalamus. Setelah itu, kondisi ini menjalar ke wajah dan mata. Meski jarang terjadi, sindrom Horner juga dapat dialami oleh bayi.

Penyebab Sindrom Horner

Kemunculan sindrom Horner disebabkan oleh kerusakan beberapa jalur di sistem saraf simpatetik. Sistem saraf ini yang mengatur detak jantung, ukuran pupil mata, keluarnya keringat, tekanan darah, dan fungsi lain yang membuat tubuh mampu merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Sel saraf (neuron) yang terpengaruh sindrom Horner dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

  1. Neuron Tingkat Pertama

Terdapat pada hipotalamus, batang otak, dan saraf tulang belakang bagian atas. Kondisi medis penyebab sindrom Horner yang terjadi pada sel saraf jenis ini biasanya stroke, tumor, penyakit yang menyebabkan hilangnya myelin (lapisan pelindung sel saraf), cedera leher, serta adanya kista atau rongga (cavity) di tulang belakang (spinal column).

  1. Neuron Tingkat Kedua

Penyakit ini terdapat pada tulang belakang, dada bagian atas, dan leher bagian samping. Kondisi medis yang bisa menyebabkan kerusakan saraf pada bagian ini adalah kanker paru-paru, tumor pada lapisan myelin, kerusakan pada pembuluh darah utama dari jantung (aorta), pembedahan di rongga dada, dan cedera traumatik.

  1. Neuron Tingkat Ketiga

Penyebabnya terdapat pada bagian samping leher yang menuju ke kulit wajah dan otot-otot dari kelopak mata dan iris. Kerusakan pada sel saraf jenis ini dapat berhubungan dengan kerusakan arteri di sepanjang leher, kerusakan pembuluh darah di sepanjang leher, tumor atau infeksi di bagian dasar tengkorak, migrain, serta sakit kepala berat sebelah mata (cluster headaches).

Apabila sindrom Horner terjadi pada anak-anak, penyebab umumnya adalah cedera pada leher dan bahu saat persalinan, kelainan aorta saat lahir, atau tumor yang terjadi pada sistem saraf hormon.

Tanda Terjadinya Sindrom Horner

Pada umumnya sindrom Horner hanya memengaruhi satu sisi wajah pengidap. Beberapa gejala dan tanda klinis sindrom Horner adalah:

  1. Kelopak mata bagian bawah yang sedikit naik (upside-down ptosis).

  2. Sebagian wajah hanya sedikit mengeluarkan keringat atau tidak sama sekali.

  3. Ukuran kedua pupil mata yang terlihat berbeda secara jelas.

  4. Pupil mata mengecil secara terus-menerus.

  5. Keterlambatan pupil untuk melebar (dilatasi) ketika dalam kondisi rendah cahaya.

  6. Kelopak mata bagian atas yang tampak menurun (ptosis).

Gejala yang dialami pengidap dewasa dan anak sama. Namun, pada anak terdapat gejala tambahan, yaitu:

  1. Warna iris lebih pucat pada mata anak di bawah satu tahun

  2. Bagian wajah yang terkena sindrom Horner tidak tampak kemerahan (flushing) jika terkena terik matahari, latihan fisik, atau saat reaksi emosional.

Sindrom Horner merupakan kelainan genetik bawaan lahir yang tidak dapat dicegah. Namun, gejalanya dapat dikelola dengan terapi medis dan obat-obatan. Jika kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera diskusikan pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!

Baca Juga: