3 Faktor Risiko Seseorang Alami Patah Kaki
Halodoc, Jakarta - Saat mengalami cedera akibat olahraga berat atau mengalami kecelakaan, seseorang bisa mengalami patah kaki. Kondisi ini biasanya terjadi pada tulang kaki dan tungkai, sehingga menyebabkan keretakan. Jika terjadi, maka seseorang mengalami gejala berupa memar, nyeri, mati rasa, bengkak, bahkan tidak bisa berjalan.
Patah kaki dan tungkai terjadi akibat benturan atau tekanan yang kuat dan melebihi kemampuan tulang untuk meredamnya. Tekanan kuat tersebut biasanya adalah:
-
Aktivitas berat yang dilakukan berulang-ulang.
-
Cedera akibat berolahraga, terjatuh, atau kecelakaan berkendara.
Baca Juga: Hati-Hati, Hal ini yang Terjadi Saat Lansia Alami Patah Kaki
Namun, terdapat juga beberapa faktor risiko seseorang mudah mengalami penyakit ini. Kondisi tersebut membuat tulang lebih lemah dan rentan patah. Faktor risikonya antara lain:
-
Osteoporosis. Merupakan jenis gangguan penyakit yang biasa menyerang organ tulang yang menyebabkan organ tersebut menjadi lemah dan rapuh. Osteoporosis terjadi ketika penciptaan tulang baru tidak mengikuti penghapusan tulang yang sudah tua. Tulang adalah jaringan yang hidup dan harus mengalami pergantian. Saat kondisinya telah rapuh dan mengalami penurunan fungsi, maka tulang mendapatkan tekanan ringan. Nah, tekanan pada saat membungkuk atau batuk dapat menyebabkan risiko patah tulang. Patah tulang karena osteoporosis sering terjadi pada pinggul, pergelangan tangan atau tulang belakang.
-
Rheumatoid arthritis. Penyakit autoimun ini menyerang persendian, yang dikenal dengan istilah rematik. Peradangan akibat kondisi autoimun ini menimbulkan gejala nyeri dan kaku pada persendian terutama pada jari-jari tangan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Peradangan tersebut timbul di beberapa persendian tubuh seperti pada pergelangan tangan, siku, lutut, pundak, dan pergelangan kaki. Penipisan tulang dan osteoporosis mudah terjadi dan menyebabkan seseorang mudah terkena patah tulang.
-
Diabetes. Seseorang yang mengidap diabetes tipe 1 mengalami penurunan kepadatan tulang yang tingkatannya sama dengan wanita berusia lanjut yang mengidap diabetes tipe 2 pasca menopause. Akibat kondisi ini maka tulang menjadi rapuh dan mudah mengalami patah tulang.
Baca Juga: Tidak Bisa Bergerak Setelah Jatuh? Ini 2 Gejala Patah Pelvik
Langkah Pengobatan Patah Kaki
Cara menangani patah kaki adalah pemberian obat, operasi, hingga fisioterapi. Dokter juga menentukan metode penanganan yang tepat berdasarkan lokasi tulang serta bentuk patahannya. Namun, semua penanganan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menyambung dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
Apabila patah kaki ini sampai menyebabkan tulang patah dan terpisah, dokter terlebih akan menyejajarkan posisinya. Setelah itu, dokter ortopedi melakukan operasi pasang pen untuk menahan tulang yang telah disejajarkan. Selain operasi pasang pen, gips dapat digunakan untuk menahan agar tulang tidak bergerak.
Selama proses penyembuhan, pasien dapat merasa sakit sehingga dokter akan memberikan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen. Setelah patah tulang dinyatakan pulih, mungkin terjadi kesulitan saat hendak berjalan akibat kaki dan tungkai lama tidak digunakan. Dokter menganjurkan pasien untuk mengikuti fisioterapi. Terapi ini dapat mengurangi kekakuan pada kaki dan tungkai, serta melatih pergerakannya.
Baca Juga: Ini Langkah Tepat Menyembuhkan Patah Pergelangan Kaki
Apabila kamu mengalami patah kaki atau patah kaki yang kamu alami tidak kunjung membaik, kamu dapat memeriksakannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan