halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close
Advertisement

Hepatitis

REVIEWED_BY  dr. Budiyanto, MARS  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa itu Hepatitis
  • Jenis-Jenis Hepatitis
  • Apa Gejala Pertama Hepatitis?
  • Daftar Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Pengobatan Hepatitis
  • Apa Penyebab dari Penyakit Hepatitis?
  • Faktor Risiko Hepatitis
  • Studi Mengenai Hepatitis 
  • Diagnosis Hepatitis
  • Pengobatan Hepatitis
  • Pencegahan Hepatitis
  • Komplikasi Hepatitis
  • Hepatitis dan Kehamilan
  • Kapan Harus ke Dokter?

Apa Itu Hepatitis?

Hepatitis adalah penyakit yang memiliki gejala berupa peradangan pada organ hati. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun atau obat-obatan tertentu. 

Jenisnya terbagi dua berdasarkan sifatnya, yaitu akut dan kronis. Jenis akut terjadi bisa secara tiba-tiba dalam kurun waktu yang cenderung singkat.

Sementara yang kronis berkembang perlahan dan merupakan kondisi jangka panjang. Sialnya, keduanya sama-sama mengganggu berbagai fungsi tubuh, terutama yang berkaitan dengan metabolisme. 

Hal ini terjadi karena hati berperan penting dalam metabolisme tubuh, seperti menghasilkan empedu, mengurai berbagai zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis Hepatitis

Terdapat beberapa jenis hepatitis, yang paling umum adalah hepatitis A, B, C, D, dan E. Setiap jenis hepatitis memiliki penyebab dan cara penularan yang berbeda:

  • Hepatitis A: Biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi tinja dari orang yang terinfeksi. Hepatitis A umumnya tidak menyebabkan infeksi kronis.
  • Hepatitis B: Menular melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, sperma, atau cairan vagina. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke bayi saat persalinan.
  • Hepatitis C: Umumnya menular melalui kontak darah, seperti penggunaan jarum suntik bersama. Hepatitis C seringkali menjadi kronis dan dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius.
  • Hepatitis D: Hanya terjadi pada orang yang sudah terinfeksi hepatitis B. Penularan terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
  • Hepatitis E: Mirip dengan hepatitis A, biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi tinja. Hepatitis E umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi dapat berbahaya bagi wanita hamil.

Apa Gejala Pertama Hepatitis?

Hepatitis adalah penyakit yang tak selalu menunjukan gejala. Gejalanya baru timbul setelah tubuh terjadinya kerusakan yang dapat memengaruhi fungsi hati.

Apabila bersifat akut, tanda dan gejalanya dapat muncul dengan cepat. 

Adapun sejumlah gejala yang umumnya terjadi pada pengidap penyakit ini, yaitu:

  • Mengalami gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan lemas.
  • Feses berwarna pucat.
  • Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.
  • Nyeri di bagian perut.
  • Turun berat badan.
  • Urine menjadi gelap seperti teh.
  • Kehilangan nafsu makan.

Apakah kamu Mengidap Hepatitis B? 5 Dokter Spesialis Ini Bisa Beri Solusi.

Daftar Dokter di Halodoc yang Bisa Bantu Pengobatan Hepatitis

Jika kamu atau anggota keluarga memiliki tanda dan gejala hepatitis, segera konsultasi dengan dokter di Halodoc✔️ untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Semakin cepat kondisi ini terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan, maka dampak buruk yang mungkin terjadi juga dapat kamu cegah. 

Berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun.

Mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani, berikut daftarnya:

  • dr. Siska Damayanti Sp.PD 
  • dr. Andrea Livina Sp.PD 
  • dr. Amaranto Santoso Ongko Sp.PD 
  • dr. Edwin Hadinata Sp.PD 
  • dr. I Gusti Gede Agung Ngurah Sp.PD 

Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. 

Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc. 

Fakta Penting Mengenai Hepatitis

1. Hepatitis bisa tersebar melalui berbagai cara. 
2. Hepatitis B dapat menjadi penyakit kronis. 
3. Hepatitis E banyak ditemui di negara berkembang karena sanitasi yang buruk dan menyebar melalui kontaminasi air. 
4. Hepatitis A bisa sembuh tanpa pengobatan khusus. 
5. Hepatitis D hanya dapat terjadi pada orang yang terinfeksi hepatitis B.

Apa Penyebab dari Penyakit Hepatitis?

Penyebab hepatitis bisa terjadi karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Ada pun jenis-jenis virus yang patut kamu waspadai, seperti:

1. Hepatitis A

Jenis ini terjadi akibat virus hepatitis A (HAV). Dapat menular melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari pengidap.

2. Hepatitis B

Penyebab hepatitis B adalah virus hepatitis B (HBV). Jenis ini umumnya menular melalui cairan tubuh dari pengidap, seperti darah, cairan Miss V, dan air mani.

Penularan penyakit ini juga bisa terjadi melalui proses persalinan. Simak selengkapnya di sini → Hepatitis B Bisa Menular Melalui Persalinan, Benarkah?

3. Hepatitis C

Jenis ini terjadi akibat infeksi virus hepatitis C (HCV). Cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom dapat menularkan penyakit ini.

Nah, Ini Rekomendasi Dokter Umum di Halodoc yang Bisa Dihubungi.

4. Hepatitis D

Penyebab hepatitis D adalah infeksi virus hepatitis D (HDV). Virus tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B.

Penyakit dapat menular melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

5. Hepatitis E

Penyebab jenis ini adalah virus hepatitis E (HEV). Jenis ini banyak terjadi di lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus pada sumber air.

6. Hepatitis autoimun

Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh dapat salah mengira bahwa hati sebagai organ yang berbahaya dan menyerangnya.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya peradangan berkelanjutan yang kadarnya ringan hingga berat, dan sering kali menghambat fungsi hati.

Penyakit ini lebih rentan terjadi pada wanita daripada pria. 

Penyebab penyakit ini belum jelas. Namun kondisi tersebut lebih mungkin muncul pada orang dengan kondisi autoimun lain, seperti tiroiditis, diabetes tipe 1, anemia hemolitik, penyakit celiac, dan kolitis ulseratif. 

7. Hepatitis neonatal

Hepatitis neonatal merupakan peradangan hati yang terjadi hanya pada awal masa bayi, biasanya antara satu hingga dua bulan setelah lahir.

Mengutip Johns Hopkins Medicine, sekitar 20 persen bayi dengan kondisi ini terinfeksi oleh virus yang menyebabkan peradangan sebelum lahir yang tertular dari ibunya. 

Kondisi yang dapat terjadi setelah bayi lahir juga termasuk cytomegalovirus, rubella (campak), dan virus hepatitis A, B, atau C.

Sementara itu dalam kebanyakan kasus lainnya, virus tidak dapat teridentifikasi secara spesifik sebagai penyebabnya. 

8. Hepatitis alkoholik

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan hati.

Kondisi tersebut juga bernama hepatitis alkoholik. Perlu kamu ketahui, alkohol dapat melukai sel-sel hati secara langsung.

Seiring berjalan waktu, kerusakan tersebut dapat permanen sehingga menyebabkan penebalan atau jaringan parut pada jaringan hati (sirosis) dan gagal hati. 

9. Toxic hepatitis

Penyebab penyakit ini adalah penggunaan obat-obatan tertentu yang melebihi dosis.

Akibatnya, hati mengalami peradangan atau rusak karena bekerja terlalu keras dalam memecah obat-obatan yang kamu konsumsi. 

10. Hepatitis akibat cacing hati

Penyakit ini juga dapat terjadi akibat infeksi cacing hati, yaitu opisthorchiidae dan fasciolidae.

Infeksi cacing hati dapat menjangkiti seseorang apabila sering mengonsumsi makanan mentah atau belum matang, serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi larva cacing hati.

11. Hepatitis akut misterius

Penyebab penyakit ini belum jelas, sehingga nama lainnya adalah hepatitis akut misterius.

Namun ahli menduga bahwa penyakit ini berkaitan dengan Adenovirus dan SARS-CoV-2. Anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun merupakan kelompok yang rentan mengalaminya.

Nah jika kamu atau orang terdekat Mengidap Hepatitis, 5 Dokter Ini Paham Cara Mengobatinya.

Faktor Risiko Hepatitis

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gejala hepatitis, yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Contoh faktor lingkungan yang bisa menjadi penyebab atau pemicu penyakit ini, antara lain:

  • Air yang tidak layak untuk minum atau untuk mencuci peralatan makan.
  • Kurangnya fasilitas sanitasi; Kamar mandi atau tempat cuci tangan.
  • Kontak dengan jarum suntik bekas, alat suntik, atau benda lain yang terkontaminasi darah yang terinfeksi.

2. Gaya Hidup

Ada beberapa perilaku atau aktivitas yang berpotensi terpapar virus, bahan kimia beracun, atau zat penyebab penyakit ini, yaitu: 

  • Berbagi jarum suntik atau benda lain.
  • Melakukan hubungan seksual yang tidak aman; Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau bergonta-ganti pasangan.
  • Bekerja di sekitar bahan kimia beracun. Petugas kebersihan, pelukis, penyedia layanan kesehatan, atau pekerja pertanian, berpotensi terkena penyakit ini.
  • Minum air yang belum matang atau makan makanan yang tidak terolah dengan aman dan benar.
  • Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
  • Minum obat yang terkait dengan kondisi ini. 

3. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan seseorang juga bisa memengaruhi terjangkitnya penyakit ini. Berikut sejumlah hal yang dapat meningkatkan risiko kondisi ini:

  • Belum mendapatkan vaksinasi.
  • Memiliki infeksi akut atau kronis dengan satu atau lebih virus.
  • Memiliki gangguan autoimun.
  • Lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis B.

Apa Kata Studi Mengenai Hepatitis? 

Menurut studi dalam StatPearls berjudul Hepatitis (2024), manajemen umum hepatitis viral akut adalah suportif dan sebagian besar individu dapat dipantau dengan aman di pengaturan rawat jalan. 

Hal paling penting adalah mencegah penularan penyakit hepatitis bagi mereka yang memiliki kontak dekat dengan pasien.

Bagi pasien yang mengalami mual atau muntah yang signifikan, dan pasien yang berisiko tinggi mengalami dehidrasi, harus dirawat dengan cara pemberian intravena untuk hidrasi. 

Karena hepatitis bisa berkembembang menjadi komplikasi serius seperi abses hati atau gagal hati akut, perlu adanya rawat inap dan manajemen yang tepat untuk penyakit ini.

Bagi pasien yang terdiagnosa penyakit hepatitis, perlu segera melakukan rujukan ke layanan spesialis seperti gastroenterologi atau hepatologi. 

Diagnosis Hepatitis

Langkah pertama mendiagnosis kondisi ini adalah menanyakan riwayat timbulnya gejala hepatitis dan mencari faktor risiko dari pengidap.

Setelah itu, pemeriksaan fisik perlu untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pengidap. 

Misalnya, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati atau memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.

Beberapa tes lain yang dapat kamu lakukan untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain:

1. Tes fungsi hati

Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah untuk menentukan seberapa efisien hati untuk melakukan fungsinya.

Hasil dari tes fungsi hati ini dapat menjadi indikasi terjadinya masalah. 

Terutama jika tidak ada gejala selama pemeriksaan fisik. Saat tingkat enzim hati yang tinggi, itu berarti organ tersebut sedang mengalami stres, rusak, atau bermasalah.

2. Tes darah

Jika hati tidak bekerja seperti semestinya, dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi sumber masalah.

Metode ini dapat memeriksa virus yang terdapat dalam darah. Hal ini juga dapat mendeteksi kondisi antibodi tubuh yang dapat menyebabkan hepatitis autoimun.

3. USG

Pemeriksaan ultrasonografi menggunakan gelombang ultrasonik untuk melihat kondisi hati melalui gambar.

Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa hati dan organ di sekitarnya, seperti kerusakan hati, tumor hati, hingga kelainan kandung empedu.

4. Biopsi hati

Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan dari hati. Sampel tersebut menentukan adanya infeksi atau peradangan yang terjadi pada hati.

Hal ini juga bisa untuk mengambil sampel area yang tidak normal atau bermasalah pada hati.

Pengobatan Hepatitis

Pada umumnya, hepatitis A, B, dan E akut jarang membutuhkan pengobatan spesifik.

Jika dilakukan, pengobatan akan fokus untuk meredakan gejala-gejala hepatitis yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut). 

Pemberian obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidapnya sedang terganggu.

Berikut ini beberapa pilihan pengobatan sesuai dengan jenis dan kondisinya:

1. Obat antivirus

Apabila penyakit bersifat kronis, dokter akan memberikan obat antivirus dengan tujuan menghambat perkembangbiakan virus.

Selain itu, obat antivirus dapat mencegah kerusakan hati lebih lanjut.

Dokter biasanya akan meresepkan obat antivirus berupa entecavir, ribavirin, atau tenofovir.

Obat-obatan tersebut bermanfaat untuk pengidap hepatitis B atau C kronis. 

2. Obat imunosupresan

Apabila penyakit terjadi akibat kondisi autoimun, maka pengobatannya dapat menggunakan obat imunosupresan.

Terutama yang golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide.

Selain itu, dokter mungkin meresepkan obat azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin. 

3. Obat interferon

Obat ini juga bertujuan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati menjadi lebih parah.

Dokter biasanya meresepkan obat interferon melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan. 

4. Obat cacing hati

Apabila penyakit ini terjadi akibat cacing hati, maka obat yang dokter resepkan akan sesuai dengan jenis cacing yang menginfeksi.

isalnya, obat praziquantel atau albendazole untuk membunuh cacing clonorchiasis.

Sedangkan jika infeksi terjadi akibat cacing fasciolosis, dokter akan meresepkan obat triclabendazole dan possibly nitazoxanide. 

5. Transplantasi hati

Apabila kerusakan hati sudah sangat berat, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur transplantasi hati.

Prosedur ini akan mengganti organ hati pengidap dengan organ hati yang sehat dari pendonor. 

Pahami juga seputar vaksinasi hepatitis A di sini: Vaksin Hepatitis A – Tujuan, Jenis, Jadwal Pemberian & Prosedur.

Pencegahan Hepatitis

Ada beberapa cara yang dapat kamu alakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko untuk terserang penyakit ini.

Namun, semua ini tergantung dari jenis penyakit ini yang menyerang. 

Contohnya, pastikan untuk tidak banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol.

Berikut ini pencegahan kondisi ini yang dapat kamu lakukan:

  • Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A dan B, tapi belum ada vaksin untuk hepatitis C. 
  • Mengurangi konsumsi alkohol.
  • Menjaga kebersihan sumber air.
  • Mencuci bahan makanan yang kamu konsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
  • Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
  • Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.
  • Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau tidak berganti-ganti pasangan (setia pada satu pasangan).

Ketahui lebih lanjut seputar vaksin hepatitis B di sini: Vaksin Hepatitis B – Tujuan, Manfaat, Prosedur & Efek Samping.

Komplikasi Hepatitis

Setiap jenis berbeda tingkat keparahannya. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, kamu bisa cek di sini → Ini Tingkatan Hepatitis dari yang Paling Tidak Berbahaya

Namun, apapun jenisnya, apabila kamu biarkan tanpa penanganan, gejala hepatitis bisa memicu berbagai komplikasi, antara lain: 

  • Fibrosis hati, kondisi ketika hati penuh oleh jaringan parut sehingga tidak lagi bisa berfungsi dengan baik.
  • Sirosis hati, merupakan tahap lanjut dari fibrosis.
  • Kanker hati, bisa terjadi sebagai komplikasi dari sirosis.
  • Gagal hati. Meski komplikasi ini jarang terjadi, tapi gagal hati merupakan kondisi serius yang bisa berakibat fatal.
  • Glomerulonefritis, gangguan ginjal yang terjadi akibat peradangan yang seringkali berhubungan dengan respon imun. 
  • Krioglobulinemia, penyakit langka yang terjadi akibat sekelompok protein abnormal yang menyumbat pembuluh darah kecil. 
  • Ensefalopati Hepatik. Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat menyebabkan otak meradang, yang bernama ensefalopati.
  • Hipertensi portal, terjadi ketika sistem sirkulasi portal hati tersumbat akibat sirosi dan masalah lain.
  • Porfiria, merupakan komplikasi langka dari infeksi hepatitis C kronis.
  • Koinfeksi virus, yaitu ketika ada dua infeksi virus pada saat yang bersamaan.

Hepatitis dan Kehamilan

Hepatitis selama kehamilan dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi. Hepatitis B dapat menular dari ibu ke bayi saat melahirkan.

Bayi yang terinfeksi hepatitis B memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan infeksi kronis dan komplikasi jangka panjang.

Wanita hamil dengan hepatitis B harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B harus mendapatkan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) dan vaksin hepatitis B dalam 12 jam pertama setelah kelahiran.

Hepatitis E juga dapat menimbulkan risiko serius selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga.

Wanita hamil dengan hepatitis E memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gagal hati fulminan dan kematian.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala hepatitis, terutama jika memiliki faktor risiko hepatitis. Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius.

  • Perut terasa sakit.
  • Urine berwarna gelap.
  • Mata dan kulit menguning.

Konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam kini lebih mudah dan praktis melalui Halodoc. 

Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan obat atau produk kesehatan lainnya yang kamu butuhkan di Toko Kesehatan Halodoc.

Produknya 100% asli original dan tepercaya. Tak perlu keluar rumah, produk diantar dalam waktu 1 jam.

Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Diperbarui pada 29 September 2025.
Referensi:
StatPearls. Diakses pada 2025. Hepatitis. 
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Hepatitis B – Symptoms and Causes. 
Healthline. Diakses pada 2025. Hepatitis.
Medline Plus. Diakses pada 2025. Hepatitis.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2025. Neonatal Hepatitis.
WebMD. Diakses pada 2025. Types of Hepatitis: A, B, and C.
Verywell Health. Diakses pada 2025. Causes and Risk Factors of Hepatitis.

FAQ

1. Apa gejala hepatitis b?

Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).

Gejala dari hepatitis B dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat, bahkan beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Berikut gejalanya:

  • Kelelahan: Rasa lelah yang berlebihan, bahkan setelah tidur yang cukup.
  • Sakit perut : Terutama pada area perut kanan atas, tempat hati berada.
  • Mual dan muntah: Mual yang parah dapat mengganggu makan dan menyebabkan muntah.
  • Penyakit kuning (Jaundice): Kulit dan bagian putih mata menjadi kekuningan, yang menandakan adanya masalah pada fungsi hati.
  • Urine gelap: Warna urine yang lebih gelap dari biasanya.
  • Feses pucat: Feses yang lebih pucat atau keputihan.
  • Nyeri sendi dan otot: Rasa sakit atau ketidaknyamanan pada sendi atau otot tubuh.

2. Apa itu hepatitis b?

Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).

Gejala dari hepatitis B dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat, bahkan beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

3. Apa perbedaan antara hepatitis akut dan kronis?

Hepatitis akut adalah infeksi yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Hepatitis kronis adalah infeksi yang berlangsung lebih dari 6 bulan.

4. Apakah hepatitis bisa sembuh?

Hepatitis A dan E biasanya sembuh dengan sendirinya. Hepatitis B kronis dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Hepatitis C dapat disembuhkan dengan obat antivirus.

5. Bagaimana cara mencegah penularan hepatis?

Vaksinasi, menjaga kebersihan, praktik seks aman, dan menghindari berbagi jarum suntik adalah cara-cara untuk mencegah penularan hepatitis.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp